Tips Mengerjakan Soal TPA Logika Kuantor untuk SBMPTN
Hari ini iseng-iseng belajar online. Dan nemuin artikel bagus dari mbak Wilona Arieta. Ya sudah, saya ingin berbagi juga di blog. Tapi ini hanya hasil copy-paste https://www.zenius.net/blog/2293/tips-mengerjakan-soal-tpa-logika-kuantor-untuk-sbmptn.
Tips Mengerjakan Soal TPA
Logika Kuantor untuk SBMPTN
Posted on November 6, 2013 by Wilona Arieta
- Ada yang masih bingung ngerjain soal TPA yang “jika-maka”, “semua-ada”?
- Atau ada gak yang ngerasanya udah bisa tapi kalo ngecek di kunci jawaban salah terus?
- Atau, mungkin lo nyoba belajar dari beberapa sumber (guru/ tutor) tapi cara ngerjainnya beda-beda?
Nah, ada
sedikit tips belajar nih buat lo yang masih kebingungan atau mau mantepin
materi TPA khusus Logika Proposisi. Di soal TPA model logika proposisi yang biasa
muncul di SNMPTN/ SBMPTN, umumnya tipenya kayak gini nih:
(1) Jika…, maka… (Contoh soal dari SBMPTN 2013)
(2) Dan/ atau (Contoh soal dari SNMPTN 2009)
(3) Semua-Ada/ beberapa/ sebagian (Contoh soal dari SNMPTN 2009)
Untuk soal
tipe (1) dan (2) biasanya jarang ada salah -- udah mengikuti aturan logika
dengan benar. Tapi di tipe soal (3) masih sering banyak salah soal. Jadi
menurut gue, bakal nyusahin karena biasanya jadi bikin lo bingung. Nah, ini
yang bakal gue bahas.
Gue
sebenernya agak bingung dalam menjawab soal TPA tipe ini karena gue gak tau Si
Pembuat Soal ini pengennya kita make dasar berpikir logika yang tetutup
atau terbuka.
Kalo TERTUTUP,
artinya kita
GAK BOLEH masukin data lain selain dari premis yang dikasih. Jadi, kita
harus menarik kesimpulan HANYA dari premis aja, gak boleh ada asumsi atau
tambahan apapun.
Kalo TERBUKA
artinya kita
boleh nih masukin info-info tambahan lain yang kita tau (yang gak
ada di premis). Jadi, dalam menarik kesimpulan, cenderung lebih bebas, gak
terpaku dengan premis yang di kasih.
Kalo di tipe
soal SBMPTN yang “jika-maka”, “dan/ atau”, umumnya kita diharuskan berpikir tertutup,
tapi di soal tipe “semua-ada” ini yang suka ambigu dan gak jelas pilihan
jawabannya.
Jadi, yang
akan gue ajarin di sini adalah cara ngejawab soal tipe “semua-ada” dengan cara tertutup
(menarik kesimpulan cuma dari premis yang di kasih)
Nah di
tulisan blog zenius kali ini, emang gua fokusin ke pembahasan Logika Kuantor.
Apa itu Logika Kuantor? Itu lho, tipe soal-soal logika TPA yang ada “Semua”-“Ada/
beberapa/ sebagian”. Nah sekarang kita coba bahas satu per satu ya.
1. Bentuk SEMUA (All) Simbol: ∀
Contoh
premis: “Semua semut adalah serangga”
Dalam logika
modern yang benar, cara memperlakukan bentuk “semua” adalah sama dengan
“jika… , maka…”. Jadi :
“Semua semut
adalah serangga” artinya sama dengan
“Jika ada
semut, maka dia adalah serangga.” (jika p, maka q).
-> Kita bisa menganggap p=
semut, q= serangga.
Ini wajib
diinget sepenuh hati.
Nah,
biasanya gue menyebut bentuk ini adalah bentuk SYARAT.
Premis “Jika
ada semut, maka dia adalah serangga” itu kan artinya KALAU (IF) ada
sesuatu yang berupa semut, maka dia adalah serangga. Jadi, baru suatu keadaan
di mana jika p terjadi, maka q pasti akan terjadi.
(Masih KALAU loh ya, belum ada yang bilang kalo udah terjadi)
Jadi, kalo
gue tanya, "Himpunan semut di sini udah pasti ADA belom?"
Oke.
Jawabannya adalah belum tentu; karena ini masih berupa SYARAT dan belom ada
premis yang bilang kalo udah terjadi.
Nah, mungkin
ada yang masih bingung, tapi gak papa, kita lanjut aja dulu.
2. Bentuk TIDAK ADA (No)
Contoh
premis: “Tidak ada pemain bola yang suka makan coklat.”
Ini cara
memperlakukannya mirip sih dengan yang bentuk “semua” tadi.
Kalo mau
diubah ke bentuk SYARAT, bahasanya jadi:
“Jika ada
pemain bola, maka dia tidak suka makan coklat.”
(maknanya
sama aja dengan premis tadi; “tidak ada pemain bola yang suka makan
coklat”). Okee? Sip. Kita lanjut..
3. Bentuk ADA (Some) Simbol: ∃
Contoh
premis:
a)
Ada bebek yang berwarna hitam.
b)
Beberapa bebek berwarna hitam.
c)
Sebagian bebek berwarna hitam.
Di soal TPA,
lo bakal sering ketemu dengan bentuk b) dan c) yang menggunakan
kata “beberapa” dan “sebagian”. Sayangnya, bentuk yang ini adalah bentuk yang salah.
Di aturan
logika yang benar, bentuk ini asalnya adalah dari kata “some”
yang artinya SELALU “at least one”
BUKAN: “a few”, “many”, “lots”, “at
least a few”, “at least one but not all”, “at least one and maybe all”, “at
least a few but not all”.
Jadi,
terjemahan bhs Indo nya yang tepat adalah “Ada” (paling tidak satu).
“Ada” di
sini menunjukkan bahwa sesuatu itu benar-benar exists. Jadi, untuk
premis “Ada bebek yang berwarna hitam” artinya: paling tidak, ada satu
bebek yang berwarna hitam.
Bandingkan
dengan “Beberapa bebek berwarna hitam” atau “Sebagian bebek berwarna
hitam”.
Kalo kita
menggunakan “beberapa” dan “sebagian” akan bisa muncul suatu asumsi bahwa akan
ada sebagian lagi yang warnanya bukan hitam/ putih/ lainnya. Ya kan?
di mana itu
menyalahi aturan logika awal walaupun misalnya di keadaan sebenarnya emang ada
bebek yang warnanya gak item. Tapi, kalo kita mau narik kesimpulan cuma
berdasarkan premis yang di kasih, asumsi “sebagian bebek berwarna tidak hitam”
jadi salah.
Okee. Bisa
dimengerti?
Jadi, yang
penting adalah, lo harus selalu inget:
Nah, itu
adalah pengertian dasarnya. Sekarang gimana caranya kalo ada dua
premis dan kita disuru untuk nentuin mana kesimpulan yang valid?
Bisa pake 2
cara nih buat ngerjainnya. Yang pertama pake penalaran dengan pengertian dasar
yang tadi, yang kedua bisa pake visualisasi Diagram Venn. Gue bakal jelasin
dua-duanya. Nah, lo bisa milih cara manapun yang lo suka. Okee. Kita mulai
ya.
Contoh Soal A
Premis:
(1) Semua
ular adalah reptil
(2) Semua
reptil kulitnya bersisik.
Kesimpulan :
Jadi, semua
ular kulitnya bersisik.
Pertanyaan:
Kesimpulannya valid/ invalid?
Jawab:
Kalo mau
pake cara biasa, kita bisa ubah bentuk premis (1) dan (2) jadi bentuk SYARAT,
ya kan, karena memang bentuk “semua” sama dengan “jika-maka”
(1) Jika ada
ular, maka dia adalah reptil.
(2) Jika ada
reptil, maka kulitnya bersisik.
Kita bikin
aja p= ular, q= reptil, r= bersisik
(hurufnya
gak mesti gini juga sih, bebas-bebas aja asal lo bisa ngerti tulisan lo
sendiri)
Jadi bentuk
premisnya,
(1) p
->q
(2) q
->r
Kesimpulan
yang ada di soal: Jika ada ular, maka kulitnya bersisik (p ->r)
Nah, jadi
kesimpulannya VALID. Kalo mau pake visualisasi Diagram Venn juga
boleh.
Contoh Soal B
Premis:
(1) Ada raja
yang tamak.
(2) Semua
yang tamak, akan mati
Kesimpulan
: Jadi, ada
raja yang akan mati.
Pertanyaan: Kesimpulannya valid/ invalid?
JAWAB
Penjelasan
yang pake cara penalaran dasar biasa:
Kalo kita
liat premis (1): “ada raja yang tamak” akan sama artinya dengan “ada yang
tamak, yang dia adalah raja” (dibolak-balik sama aja, tapi inget, KHUSUS yang
bentuk “ADA”)
Dari premis
(1) kita bisa liat bahwa himpunan “yang tamak” itu ADA, “raja” juga ADA.
Nah, premis
(2) kan bentuknya “semua” tuh, sama kayak bentuk SYARAT kan. Jadi, kita bisa
bilang: “jika ada yang tamak, maka dia akan mati”
Yaudah deh,
kalo syaratnya gitu, jadi yang tamak pasti bakal mati kan, di mana yang tamak
itu adalah raja nya.
Jadi udah
pasti kesimpulannya: “ADA raja yang akan mati”. Nah, cara kedua, pake diagram
Venn.
Nah, itu
tadi ada 2 contoh soal dan cara jawabnya. Sebenernya masih ada banyak kombinasi
soal, tapi segini dulu ya.
Itu lah artikel yang barusan saya baca. Untuk lebih zelasnya bisa kunjungi situs Zenius.net.
Terimakasih ^^
Sip (y) sama2 :)
ReplyDelete