Marmut Merah Jambu
Seperti telah berjalan jauh, namun masih pada tempat yang sama ~ Aku jadi teringat oleh novel karya Raditya Dhika, Marmut Merah Jambu. Mungkin keadaanku sekarang ini seperti apa yang dikatakan oleh bang Dhika. Marmut. Seperti marmut yang berlari di putaran roda. Sudah berlari kencang, namun masih pada tempat yang sama. Dear no one, Aku tak mungkin menyebutkan namanya. Tapi yang jelas ini untuk seseorang. Untukmu, entah siapa~ Jatuh cinta diam-diam. Sebut saja begitu. Aku merasa getaran aneh saat bersamamu. Aku selalu tergugu di hadapanmu. Tak pernah mampu menatap matamu. Padahal ku tahu, kamu memiliki mata yang indah. Berawal dari pertemuann kita selepas matahari mengeluarkan seringainya di ufuk timur menuju ke utara. Membakar kulitku, sedikit menghalangi pandanganku. Namun hanya satu yang dapat ku lihat dengan jelas. Mata coklat. Matamu yang kulihat berwarna coklat diterpa sinar matahari. Indah. Seketika aku terpana. Padahal, dulu aku sangat membencimu Sombong, tukasku kala kita