Memori Tentang Bapak

 


Keadaan mungkin sedang berubah, tapi ada beberapa hal yang ngga akan pernah bisa berubah. Kenangan. Ya sebuah memori yang akan selalu bisa dikenang sepanjang masa tidak akan pernah berubah. Kenangan tetaplah kenangan yang bisa diingat sampai kapan pun dan ngga mungkin terlupakan apalagi jika kenangan itu pernah membuat kita merasa begitu bahagia.

Hari ini seperti biasa dengan tanpa adanya kegiatan, sedang menjadi pengangguran, hampir selama 24 jam gue hanya menatap layar ponsel. Mengirim pesan kepada teman lama; terutama Yana, menggulir foto-foto lama sampai pada akhirnya aku bertemu pada sebuah foto dimana terdapat potretku bersama Bapak. Kala itu gue berusia 1 tahun 2 bulan, gue sedang digendong oleh Bapak. Di foto tersebut Bapak terlihat bahagia. Detik pertama ketika kembali melihat foto tersebut membuat gue teringat akan beberapa kenangan yang gue dan Bapak miliki. Ya, dahulu gue begitu dekat dengan Bapak. Sebab itu, memori-memori tentang kebersamaan kami selalu gue kenang.

Bapak itu sosok yang seperti apa ya? Beliau sosok yang penyayang sebetulnya, bertanggung jawab pada keluarga dan juga tegas. Beliau juga pekerja keras karena banyak hal yang dia lakukan untuk menafkahi keluarga kami. Merupakan seorang Bapak yang idaman sih, selain humoris terhadap anak kecil, jahil, tau cara bermain dengan anak kecil, baik dan ngga tegaan. Meskipun begitu Bapak juga sedikit pendiam, dia ngga pintar komunikasi, hanya sesekali beliau banyak omong, ngga pandai bersosial jadi pada beberapa kesempatan sering terlihat bagaimana kakunya. Tapi terlepas bagaimana kekurangannya Bapak tetaplah ayah yang terbaik buat gue.

Dahulu pekerjaannya adalah sebagai karyawan swasta di sebuah perusahaan atau pabrik textile di daerah Tangerang. Gue sempat beberapa kali di bawa ke tempat kerjanya, melihat bagaimana beliau bekerja, posisi yang lumayan enak sih menurut gue; berada di ruang ber-AC bekerja sambil duduk depan computer atau mesin warna. Kata Bapak, bagian kerjanya pada waktu itu adalah Laborat. Gue ngga begitu paham sih job descnya seperti apa, cuma yang gue liat dan setelah gue bandingkan dengan pekerjaan gue, ya jauh lebih enak pekerjaannya Bapak pada waktu itu. Karena di saat bekerja Bapak masih sempat-sempatnya membuat kerajinan tangan entah itu tambang dari tali rapia, keset dari kain perca yang kemudian beliau jual kembali. Selain itu ruangannya dingin karena berada di ruang AC dengan AC yang begitu besar diletakkan di plafon, bersih juga udah seperti masuk ke dalam laboratorium dengan banyak bahan kimia hanya saja tempat tersebut juga memiliki area computer yang dipisahkan dengan rak dan terdapat mushollah di bawah tangga. Ya, kalau dibandingkan dengan pekerjaan gue jauh lah ya, gue cuma operator produksi, kerja berdiri, ruangannya panas dan benar-benar ngga bisa ngapa-ngapain selain hanya bekerja dan ngobrol sedikit sesekali.

Selain sebagai karyawan swasta beliau juga merupakan pengusaha. Jadi selagi bekerja, Bapak tetap jualan. Beliau menjual berbagai macam kebutuhan seperti; parfum, baju, sandal/sepatu, Tupperware, bahkan sampai makanan. Kebetulan sejak tahun 1998 beliau sudah mempunyai took sembako yang diurus oleh Mama. Makanya masa kecil gue bahagia banget sebenarnya. Punya keluarga super, segala macam ada, ngga pernah kekurangan. Bapak juga merupakan guru ngaji gue. Ya, sejak umur 5 tahun gue belajar mengaji dengan Bapak sampai kelas 2 SD, setelah itu gue pindah ke tempat ngaji yang lain, dari Bapak juga sih gue jadi guru mengaji untuk beberapa teman sebaya atau yang di bawah gue. Semenjak pindah ke rumah yang sekarang beliau membangun musholla dan mendirikan pengajian yang awalnya di rumah kosong, di rumah gue, sampai di masjid. Sebab itu Bapak udah kayak paket lengkap banget.

Bapak adalah orang pertama yang mengajarkan gue banyak hal. Mengaji, bersepeda, bermain badminton, dan dari Bapak gue jadi punya hobi membaca dikarenakan setiap minggu beliau rajin membelikan gue Majalah Bobo. Kenangan lain yang paling gue ingat tentang Bapak adalah sisi family man-nya beliau. Meskipun sibuk bekerja beliau ngga pernah lupa dengan keluarganya. Setiap hari sebelum berangkat bekerja pasti ngga lupa untuk mengajak anak-anaknya jalan-jalan pakai sepeda. Bayangin satu sepeda diisi 4 orang; Bapak, gue yang pada waktu itu usia 5 tahun, dan 2 adik gue, itu berlangsung sampai gue berusia 8 tahun. Selain itu setiap bulan Ramadhan sebelum berangkat kerja juga dia sering mengajak gue bermain badminton. Btw, beliau adalah salah satu atlet badminton di kompleks yang cukup pandai dan aktif latihan sampai pada akhirnya memilih untuk gantung raket di tahun 2005/2006. Karyawan swasta, pengusaha/pedagang, guru mengaji sekaligus atlet, paket lengkap deh Bapak. Kesayangan dan terbaik banget kan Bapak gue itu?

Sayangnya semenjak usaha Bapak bangkrut keadaan sudah tidak seindah dulu. Bapak mulai jarang ada untuk keluarga. Gue yang juga mulai sudah dewasa jadi berjarak dengan keluarga. Kalau ngga salah dimulai pada tahun 2012 semuanya berubah. Sejak saat itu keadaan rumah mulai sepi, semua sibuk dengan dunianya masing-masing. Dan ini berlangsung sampai sekarang. Di tahun 2015 keuangan makin susah, Bapak di rumahkan sementara anak-anaknya masih pada sekolah. Kami benar-benar ngga punya uang pada waktu itu. Hanya bermodal uang 400rb Bapak jualan beras keliling. Alhamdulillah sehari bisa habis 2 karung ditambah penjualan online juga dari teman ke teman via WA. Di tahun 2016 beliau kembali dipanggil kerja. Gue yang ngga lolos masuk PTN pun mulai memutuskan kerja, yang berujung kerja di sebuah retail minimarket. Alhamdulillahnya gue kembali dekat dengan Bapak, pulang-pergi kerja bersama karena searah. Di tahun 2017 perusahaan tempat Bapak bekerja tutup. Beliau menganggur dan memutuskan meminta modal untuk dagang Siomay sampai sekarang. Ya keluarga gue masih dilanda kesusahan sih sejak tahun 2012 itu. Tahun 2020 ini gue jadi pengangguran, Adik gue yang cowok pun sama, tinggal adik gue yang perempuan yang bekerja di tempat gue yang lama dan Bapak yang masih dagang Siomay.

8 tahun dihina, direndahin, difitnah, ah udah kayak jadi makanan sehari-hari. Gue sendiri ngga memusingkan itu dan ngga peduli. Sebab itu juga gue ngga kenal sama tetangga gue. Faktanya memang gue cuma orang susah, bukan berasal dari keluarga yang berada, tapi Alhamdulillah rezeki mah ada aja dan kami ngga pakai cara yang haram. Gue masih berusaha mau apalagi yang gue lakukan, melamar sana-sini udah, iseng buka usaha udah, tinggal menunggu ridho Allah dan membuka jalan gue. Gue berharap yang baik aja untuk gue dan keluarga gue. Eh jadi ngalor ngidul kan gue ceritanya. Jadi begitulah kenangan gue tentang Bapak.

Comments

Popular posts from this blog

Saras 008 Pembela Kebajikan

Kontes Blog #PESAWATKERTASTERAKHIR : Teruntuk Kita yang Pernah Sedekat Nadi Sebelum Sejauh Matahari

RUGRATS : a 90's Cartoon