Posts

Showing posts with the label Dear Diary

Just Wanna Write It Down, That's It

Image
            Wow! Postingan terbaru di bulan yang baru, Oktober.             Allright, let me tell you about what happened after all this time . Mungkin memang tulisan ini gak penting, bahkan tidak ada artinya buat kalian, all the readers . Tapi ini sangat penting dan berarti buat gue. Why? Cause , tujuan gue punya blog, ya karena ingin mengabadikan semua hal yang terjadi dalam hidup gue dalam bentuk tulisan. Semua tau kalau memori yang ada pada otak kita itu ada batasnya. Ingatan. Ada pada umur tertentu otak kita mengalami kelemahan dalam mengingat, gampang lupa. Example, kenangan. Berapa tahun sih kita hidup di planet yang bernama Realitas ini? Berapa banyak hal yang pernah terjadi dalam hidup kita? Berapa kejadian yang begitu terkenang dalam otak dan benak kita? Banyak. Sa-ngat-ba-nyak. Untuk itu gue mencoba untuk menjabarkan semua yang pernah gue alami, gue pikirkan, atau hal lainnya melalui tulisan yang gue post di blog.             Sorry , kalau gue mengawali tulisan

Mimpi Bertemu Seseorang Yang Telah Lama Tidak Bertemu

Ah, aku bertemu denganmu dalam mimpi, sahabat lama. Dalam lembaran kisah di mimpi itu, bahagia terlampir sederhana. Aku dan kamu yang lama tidak bertemu, lama tidak saling bicara, lama tidak saling merangkul satu sama lain, tiba-tiba dipersatukan. Aku tak tahu pasti bagaimana tepatnya alur cerita tersebut terjadi. Yang aku tahu, saat itu aku berangkat ke sekolah. Entah terlambat atau tidak, tapi semua teman-teman sekelasku sudah hadir. Saat aku memasuki ruang kelas, aku melihat ada kamu, bergabung dengan yang lain. Kamu duduk di bangkuku! Aku yang masih kaku, mungkin karena hubungan kita yang renggang, jadi menolak untuk duduk di sampingmu. Lalu aku mencari tempat duduk yang lain. Tapi tak ada, kalaupun ada bangku itu sudah rusak. Seluruh orang yang ada di kelas itu menyuruhku untuk duduk di sampingmu, hingga ada yang rela membersihkan bangku tersebut. Aku pun menerimanya. Singkat cerita, saat aku, kamu dan yang lainnya sedang jalan bersama, justru aku menolak bergandengan dengan salah

Aku Harus Senang atau Sedih?

Mungkin jodoh atau bukan, tapi aku merasakan firasatnya. Kita memang tak memiliki ikatan, tapi mengapa kau selalu mengusik kala gulita. Bayangmu hadir dalam setiap mimpi di tidurku. Tak tahu kah kamu itu sungguh menyusahkanku? Kemarin malam tiba-tiba saja wajahmu hadir menjadi bunga tidurku. Entah kala itu seorang teman menegurku, ia berbicara sesuatu tentang kamu dan percintaanmu. dan hari ini, mimpiku itu pun menjadi nyata. Kau benar-benar menyatakan cintamu untuknya, kau pun telah terikat dengannya. Kini, apa aku harus senang...atau malah sedih? Aku bingung. Aku sudah berjanji untuk tidak mencarimu ataupun mengejarmu lagi. Namun, masih ada ruang kosong dalam hatiku yang menginginkanmu. Aku sudah rela melepasmu, jadi tak perlu lagi mendatangiku dalam pikiranku. Kita tak memiliki hubungan istimewa, pun kita tak dekat. Lagi pula tak ada kenangan manis yang mesti menguras tangis. Aku rela...tapi mungkin aku akan bertahan. Bertahan menyimpan rasa ini. Entah sampai kapan. Semoga kalian

Di Bawah Kolong Langit ...

Di bawah kolong langit kini aku berdiri. Mencoba tuk bertahan, menapaki siklus waktu yang terus bergerak tanpa henti. Sendiri aku berjalan tertatih, perlahan menyusuri jembatan-jembatan mimpi yang terbentang. Aku bertahan, mencoba melewatinya dan menembus batas. Mimpi. Sesuatu yang ingin kucapai. Sesuatu yang membuatku bertahan, agar bisa dimiliki. Mimpi itu menguatkanku. Di kala aku mulai menyerah, seakan ia berikan aku kekuatan. Meski mimpi itu setinggi langit, dan aku berada di bawahnya, ku percaya aku bisa menembusnya.

Maluuuu...

Selamat pagi, Langit mendung dan menangis. Semilir angin berhembus sejuk. Sebenarnya masih ingin sembunyi dibalik selimut dan bermanja di atas tubuh super empuk. Tapi harus berangkat sekolah. Awkey, terpaksa aku harus melipat-lipat dirimu dan menyimpanmu, selimut. Dan kutepuk-tepuk kamu, kasur. Ah, andai saja sekolah boleh bawa kasur dan selimut. Jam 6 kurang 10 menit, gue harus berangkat ke sekolah. Pagi ya? Bagi gue itu siang. Tapi untung sekarang gue udah sampai di sekolah dengan selamat dan bisa duduk santai di kelas. Oh ya, gue mau ceritaaaaa. Tau gak? Tadi gue mengalami hal yang memalukan. Begini, di angkot gue tuh lagi main hp, pas udah selesai gue telengkupin tuh hp di tangan, layarnya menghadap ke tangan gue. Setelah itu gue meleng, tengok kanan-kiri, CEKLIKK! Weshh...hp gue bisa moto sendiri. Halah...semua nengok ke gue. Di kira gue lagi selfie di angkot kali. Lagian ni bunyi kamera kaga nyante. Akkhhh...gue malu > <. Udah gitu aja ceritanya. Maluuuu gueee! Dari situ

Tak Seperti Semula

"Kenangan demi kenangan hanya akan jadi serpihan mozaik masa lalu" Langkah kaki ini berjalan terus tanpa henti. Menata kembali daur waktu yang belum terpijaki. Ingin berhenti tuk sekedar kembali melihat waktu yang pernah terlewati. Jejak-jejak kecil bersama kenangan sederhana begitu tersusun rapi. Tersimpan dalam lembaran-lembaran hati. Kenangan ialah sisa-sisa ingatan yang mengakar hingga dada. Kenangan ialah yang menyiksa aku; yang meminta aku untuk terus menengok pada waktu seperti semula. Dimana aku masih bisa merasakan kenangan yang tercipta dengan sederhana. Waktu seperti semula ; aku bisa tertawa dan menangis bersama orang yang kucinta. Kala itu, bahagia terlampir begitu sederhana dan sempurna. Namun, satu waktu mengakhiri semua. Kalau boleh aku mengatakan benci, waktu itu adalah perpisahan. Hingga kini sesal yang kurasa. Satu kata sebagai penguat keadaan tak pernah kuucapkan. Maaf. Satu kata ajaib yang mungkin saja bisa merubah keadaan. Aku ingin mengucap maaf,

Nafas Sugestional Hujan

Hujan adalah peneduh, momen paling nyaman yang alam berikan. Namun banyak jiwa-jiwa yang tak ingin tersentuh olehnya. Mungkin karena takut membuat tubuh kuyup dan menggigil. Pagi hari ini bubuk hujan terjun bebas dengan lembut. Membawa hawa sejuk yang tidak terlalu dingin, tapi cukup menggoda hasrat ingin tubuh dicumbu selimut. Suara ketukannya yang menyentuh atap dan kaca jendela membentuk melodi yang mampu membawa diri sampai ke gerbang khayal. Suara ketukan itu membuat perhatian seseorang teralihkan, lalu melamunkan daur waktu yang sudah terpijaki. Ruang-ruang puisi terbuka lebar, koridor-koridor prosa tampak lapang. Kehadirannya menggelitik jiwa sastra seseorang yang bahkan tak mahir berdiksi untuk menuliskan bait-bait dari kata yang membentuk kalimat tentang perasaannya. Atau membangkitkan jiwa untuk sekedar menikmatinya dengan ditemani secangkir kopi. Hujan mampu meresonansikan ingatan dan memberi keleluasaan bagi jiwa-jiwa yang tertatih di hantam rindu atau terbuang akibat mem

Cerita Di Jogja #1

Image
Hello there ! Yeah, I’m coming. After all this time, I’m going for several weeks I think. Terakhir, kapan sih gue nulis di blog ini? Hadeeehhh...gue lupa. Kemarin tuh padahal gue gak mau absen nulis di blog ini, tapi ya sorry sorry to say nih, I’m really busy. *sibuk atau memang gak ada kuota? Da aku mah apa atuh, cuma serpihan bubuk rangginang. Halaahh..aya aya wae. Sumpeh! Gue emang sibuk bulan Desember ini. Dari mulai sibuk mimpin latihan kabaret. Biasaa..gue kan penulis ide cerita, penulis skenario dan sutradara kawakan di galaxy ini. Hehe. Gak kok..pokoknya gue sibuk ngurusin kabaret. Terus, sibuk UAS, ngadmin di salah satu akun twitter fanbase artis terkenal Indonesia, dan gue ngajar les anak SD juga. Bayangin, kemaren dalam waktu seminggu gue udah keliling 3 kota di Indonesia. Guess what? Awkey, pertama gue ke Jogja habis itu keliling kota Tangerang terus langsung capcuss ke Bogor. Hectic banget ya hidup gue. Keren gak? Basi. Terlalu biasa ya...oh ya, maap maap atuh seb

Kalian Kompak Sekali...

Hmh, gue gak tau sih harus menulis apa di poostingan kali ini. Yang jelas gue mau cerita tentang kejadian yang barusan saja gue alami. Jadi begini, tadi tuh ada pelajaran Biologi. Biasa kalau pelajaran Biologi ini gurunya selalu memberi poin atau nilai kepada muridnya yang menjawab pertanyaan darinya. Entah lelah atau kenapa gitu, tiba-tiba beliau bertanya pada kami, “disini siapa yang paling pendiam?” dan serempak pun menjawab “Alfi pak!!” lah...gue sendiri saja tadi masih tengok sana tengok sini mencari siapa yang paling pendiam. Karena gue memang tidak merasa paling pendiam. Tiba-tiba semua kompak menyebut nama gue. Dengan tampang watados, gue pun langsung mengarahkan telunjuk ke arah hidung. Sebagai isyarat atas jawaban teman-teman sekelas gue tadi. Dan semua malah tertawa. Well, gue akui gue memang pendiam. Tapi gak paling pendiam juga...ck ck ck. Kalau kalian sudah tau gue kayak apa, bakalan heran deh. Singkat cerita. Masih dalam keadaan bingung dan semua pun masih rib

Cerita Tentang 11 IPA 2 + Kilas Balik 2013-2014

Image
Alhamdulillah, beberapa hari ini aku sudah bisa kembali ke blogger tercinta ini. Oh iya, di momen liburan sekolah ini, BELUM LIBURAN, TAPI MELIBURKAN DIRI *bagi raportnya kan tanggal 21 Juni nanti. Hehe. Aku kali ini mau nge-post tentang teman-teman di kelas 11 IPA 2. Btw, di postingan yang ini gak pakai kata “Aku”, tapi “gue” hehe. Bersama teman-teman gue menduduki kelas 11 IPA 2 yang diberi nama Expost 48 . Expost artinya Excellent People from Eleven Science Two, sedangkan 48 bukan beranggotakan 48 orang atau pun mengikuti JKT 4B, AKB 48 atau 48 family itu deh. 48 itu artinya kami angkatan 48. Sebelum berdirinya nama Expost, anak-anak cewek sempat berdebat soal pemberian nama kelas ini. Sempat ada usulan dari Titan, A Closet katanya. Hah? Closet? Ada-ada aja si Titan ini. Katanya itu singkatan dari Amazing Class of Science Eleven Two. Trus, katanya anggotanya disebut D’Jambans. Ya kali, yang begituan dibawa-bawa. Nyeleneh. Gak biasa. Unik. Whatever lah. Tapi banyak yang

Ikan Kecil di Kolam Besar

“When I remember about what I want, this tears are flow. I just wanna hold and hug you. But it feels so hard. You too far away.”                 Mereka tidak tahu di balik senyumku ada duka yang mengiris hati. Di balik binar mataku ada tangis yang siap terjun. Sudah bukan rahasia umum bila mereka menilaiku dengan yang aneh-aneh. Ini semua karena sikapku. Bukan. Bukan karena aku yang egois, sombong, dan gak asik. Aku terpaksa. Aku terpaksa seperti itu. Selama ini aku hanya bersandiwara. Yang aku tunjukan pada mereka bukanlah aku yang sebenarnya.                 Aku memang pendiam, tapi aku bukan antisosial. Mengapa aku seperti ini? Itu semua karena aku berpikir mereka berbeda. Mereka bukan hidupku, maksudku mereka adalah orang-orang yang ada di sekitarku namun tak bisa ku jama. Sangat jauh jarak ini. Tanganku tak mampu menggapainya. Duniaku berbeda dengan dunianya.                 Aku merasa bagaikan ikan kecil yang berada di kolam besar. Tak pantas.

Sorry ...

Image
“It’s too hard for me. But I should do that. It’s not what I want, please understand me. I understand your feeling. I love you, guys. Sorry ...”           “Aku gak bisa,” Apa yang kalian pikirkan saat aku berkata seperti itu? Beberapa waktu lalu kalian (anak Expost 48 yang cewek) meminta padaku agar aku bisa berpegian bersama kalian. DUFAN! Itu destinasi yang telah disepakati setelah tour kelas dibatalkan, dan Expost boy memilih camping sendiri. Tapi, aku dengan seenaknya berkata, “Sorry, udah punya acara sendiri. Maaf ya, gue gak bisa ikut bareng kalian,”           Entahlah, saat itu aku tidak berpikir tentang kalian. Mungkin kalian anggap aku egois, gak asik, sok, sombong atau apa lah. Hm, ada alasan lain mengapa aku menolak jakan kalian. “Aku ingin sekali!” Itu jawaban aku yang sebenarnya jika kalian ingin tahu. Siapa sih yang gak mau liburan bersama teman-teman satu kelas? Memang sih tempat ramai seperti bukan gue banget. Tapi aku juga ingin berkumpul bersama kali

642 days (1 tahun, 6 bulan, 1 hari)

          Mungkin ini adalah akhir dari penantian panjang yang aku lakukan. Setelah selama 642 hari aku harus duduk dalam diamku, menunggu dalam harap yang penuh tanya. Dia...dia...dan dia yang selama 1 tahun membuat aku bungkam memendam rasa, membuatku membawa cinta dalam waktu 6 bulanku berusaha untuk dekat dengannya yang selalu membuat jantungku berdebar, gugup, sempat malu dan enggan berhadapan dengannya. Kini hanya butuh waktu satu hari untuk meyakinkan hatiku, memutuskan segalanya. Ini keputusanku. Dan inilah akhirnya,           Ya, dari awal aku telah jatuh hati padanya. Dengan headset yang menempel di telinganya, jaket yang selalu menyelimuti tubuhnya, senyumnya yang manis, dan pribadinya yang berkharisma. Pria berkacamata, yang hanya dengan melihat wajahnya aku sudah mampu membaca bahwa ia adalah pecinta anime dan segala budaya tentang Jepang. Entahlah, tampangnya tidak ke-Jepang-an, bergaya Harajuku pun tidak. Yang ada rambutnya potongan pendek, seperti tidak pernah