642 days (1 tahun, 6 bulan, 1 hari)
Mungkin
ini adalah akhir dari penantian panjang yang aku lakukan. Setelah selama 642
hari aku harus duduk dalam diamku, menunggu dalam harap yang penuh tanya. Dia...dia...dan
dia yang selama 1 tahun membuat aku bungkam memendam rasa, membuatku membawa cinta
dalam waktu 6 bulanku berusaha untuk dekat dengannya yang selalu membuat jantungku
berdebar, gugup, sempat malu dan enggan berhadapan dengannya. Kini hanya butuh
waktu satu hari untuk meyakinkan hatiku, memutuskan segalanya. Ini keputusanku.
Dan inilah akhirnya,
Ya,
dari awal aku telah jatuh hati padanya. Dengan headset yang menempel di
telinganya, jaket yang selalu menyelimuti tubuhnya, senyumnya yang manis, dan
pribadinya yang berkharisma. Pria berkacamata, yang hanya dengan melihat
wajahnya aku sudah mampu membaca bahwa ia adalah pecinta anime dan segala
budaya tentang Jepang. Entahlah, tampangnya tidak ke-Jepang-an, bergaya
Harajuku pun tidak. Yang ada rambutnya potongan pendek, seperti tidak
pernah di sisir. Ia adalah cowok cupu yang polos (Innocent I think) namun harus
diakui ia sangat berkharisma.
Juli
2012
Aku
tak sengaja melihatnya, saat kami para calon siswa SMA sedang berbaris di
lapangan untuk melakukan upacara pembukaan orientasi (MABIS). Ia yang kebetulan
berbaris di sebelah kelasku, telah berhasil menangkap mataku. Aku tak sengaja
menoleh ke arahnya, hingga membuat mata kami saling bertatapan. Cahaya matahari
timur yang sedikit melintasi wajahnya, membuat bola mata dan rambutnya terlihat berwarna cokelat terang. Cahaya itu tak menutupi wajahnya
dari pandanganku, ia nampak terlihat indah. Cute, senyum manis dengan bibir
merah merekah. Ah~
Sayang,
sejak saat itu aku tidak pernah bertemu dengannya. Pun aku tak tahu namanya.
September
2012
Tanggal
8 hari Sabtu, di sekolah ada acara perayaan hari Olahraga Nasional yang baru
kali itu aku mendengarnya. HAORNAS. Tak banyak yang mengetahui begitu pun denganku,
sampai aku bingung karena tak tahu apa-apa.
Terdapat
banyak perlombaan yang menyangkut tentang olahraga. Namun tak ada satu pun yang
aku ikuti. Aku hanya memilih duduk di pinggir lapangan menyaksikan para peserta
yang mengikuti lomba. Pukul 11.45 WIB di jam tanganku, pantas saja matahari
sudah sangat terasa panas, teriknya sampai membakar kulitku. Sesaat aku
sedang mengelapi peluhku yang bercucuran, di ujung sebelah selatan lapangan
sepak bola aku melihat pemandangan jaraknya kira-kira 50 meter dari tempatku
duduk. Pemandangan itu adalah pangeran mata cokelat. Ia tak terlihat cupu seperti
biasanya, sungguh sangat modis. Mungkinkah ia B-Boy? Dengan snapback merah dan
T-shir biru muda dan celana ¾ yang ia kenakan membuatnya terlihat sangat keren.
Aku pikir ia bisa nge-dance!
Saat
itu pula aku tahu namanya. Temanku yang terus meneriaki namanya. Pengang telingaku
mendengarnya. But, thanks ya guys, karena kalian aku jadi tahu namanya.
Sejak
hari itu – pertengahan 2013
Kesini-sini,
aku semakin sering melihatnya. Bagaimana tidak? Kelas kami kan sebelahan. Setiap
Senin saat mau upacara, ia selalu datang ke kelasku. Jelas bukan untuk
menemuiku, tapi memarahiku karena selalu terlambat piket (bersihin kelas). Sebenarnya
ia adalah anggota PKS yang selalu mengusir kami untuk pergi ke lapangan upacara
tiap Senin. *Gak apa-apa deh diomelin, kalau yang ngomelin cute sih malah jadi
seneng. Hehe. Tapi teteup aku datar sama dia, jelas gak ada yang tahu kalau aku
juga suka sama dia.
Juli
2013-Mei 2014
Wah,
alamat! Bakalan tiap hari ketemu nih. Bukan berarti akrab, tapi peluang untuk
mendekatinya semakin besar. Kan tahun ini bakalan tiap jam, tiap menit ketemu di
sekolah. *kita sekelas*
Ini
nih yang berat. Selama di kelas, setiap harus berhadapan dengannya aku selalu
kaku, malu. Berkali-kali sekelompok kalau ada tugas kelompok, paling yang
diomonginnya soal materi kelompok. Itu pun gak banyak, lebih seringnya diam. Di
luar itu kami lebih sering bicara kalau ada perlu saja. Tentang segala sesuatu
yang berhubungan dengan IT. Kayak pinjam laptop, flashdisk, minta tolong, atau
minta game. *sama-sama suka main game action dan mengasah otak* Pernah nyesel
banget sih waktu itu. Ya, dia nge-liat aku lagi main game Samurai
*bunuh-bunuhan gitu*. Dia bilang, “Wih, keren! Bisa kebelah gitu orangnya. Gue bagi
dong. Flashdisk gue mana? Ohya, dipinjem” dia balik ke kursinya. Terus mondar-mandir
di dekat aku. Sebenarnya aku tahu, dia pingin minta game tapi bingung
flashdisknya gak ada. Padahal aku ada flashdisk. Salahnya diam aja sih. Hehe.
Saat
latihan drama kita pernah duduk berdua sambil dengerin musik dari laptop. Ya,
meski pun itu lebih ke profesionalitas. Karena musik yang kita dengar bareng
itu nantinya bakal jadi backsound drama.
Juni
2014
Sudah
selama ini hubungan itu biasa-biasa saja. Tak pernah bisa jadi dekat. Sedang aku
dan dia sama-sama diam. Aku lelah. Karena sesunggunya aku tak mampu. Aku harus
duduk, diam, dan menunggu. Karena sampai kapanpun aku tak bisa berdiri,
melangkah dan maju mendekatinya. Dia bukan untukku. Aku bukan untuknya. Dia pernah
bilang, “Gue lebih suka cewek yang
biasa-biasa aja. Gak macem-macem. Terima cowok apa adanya. Bahkan diajak
boncengan bukan naik motor apalagi naik mobil, tapi sepeda si ceweknya mau.” Sejenak
aku ke-geeran, karena memang aku banget. Tapi, mungkin memang aku bukan
tipe-nya. Kita berbeda. Aku tahu ada seseorang di luar sana yang dia tunggu. Bukan
karena aku tak mampu merebut hatinya. Tapi aku tak bisa, dan hubungan ini
sangat mustahil. Ini karena prinsip.
Aku
harus melepasnya. Bukan hal mudah untuk melakukan itu. Tapi nyatanya ini tidak
menyakitkan. Karena aku melakukan dengan segenap ketulusanku. Demi imanku, aku
titipkan ia kepada Yang Maha Kuasa. Kalau memang berjodoh, pasti akan bertemu
meski cinta ini adalah cinta beda keyakinan.
Comments
Post a Comment
Silahkan berkomentar. Komentar Anda sangat bermanfaat bagi saya. Dimohon untuk memakai bahasa yang sopan, tidak mengandung SARA. Terimakasih ^^