Tak Seperti Semula
"Kenangan demi kenangan hanya akan jadi serpihan mozaik masa lalu"
Langkah kaki ini berjalan terus tanpa henti. Menata kembali daur waktu yang belum terpijaki. Ingin berhenti tuk sekedar kembali melihat waktu yang pernah terlewati. Jejak-jejak kecil bersama kenangan sederhana begitu tersusun rapi. Tersimpan dalam lembaran-lembaran hati.
Kenangan ialah sisa-sisa ingatan yang mengakar hingga dada. Kenangan ialah yang menyiksa aku; yang
meminta aku untuk terus menengok pada waktu seperti semula. Dimana aku masih bisa merasakan kenangan yang tercipta dengan sederhana. Waktu seperti semula ; aku bisa tertawa dan menangis bersama orang yang kucinta. Kala itu, bahagia terlampir begitu sederhana dan sempurna.
Namun, satu waktu mengakhiri semua. Kalau boleh aku mengatakan benci, waktu itu adalah perpisahan. Hingga kini sesal yang kurasa. Satu kata sebagai penguat keadaan tak pernah kuucapkan. Maaf. Satu kata ajaib yang mungkin saja bisa merubah keadaan.
Aku ingin mengucap maaf, padamu yang mungkin pernah tersakiti atau merasa dikecewakan olehku. Aku merasa berdosa bila tidak mengucap maaf. Bila pun kamu tak mau memaafkan aku, tak apa. Aku tidak berharap kita bisa seperti semula. Karena ku tahu, tidak akan yang sama. Tempat yang dulu sering kita singgahi, tidak akan sama seperti dulu. Begitu pun dengan kita. Mungkin kamu merasa bosan dan jenuh. Aku tak yakin keadaan kita akan baik-baik saja, jika kamu terus begitu. Aku pun tak yakin, aku sama seperti yang dulu. Meski aku ingin kita bisa seperti semula. Kita baikan, dan kembali menata daur waktu. Aku tau itu tak mudah, tapi apa salahnya bila kita mencoba? Aku kangen kamu, orang yang dulu selau ada di sampingku. Kamu yang selalu buatku tertawa. Aku ingin lanjutkan petualangan kita, menapaki jejak di dunia ini.
Teruntuk, kamu, yang dulu sahabatku. Mungkinkah kita bisa kembali disebut sahabat?
Comments
Post a Comment
Silahkan berkomentar. Komentar Anda sangat bermanfaat bagi saya. Dimohon untuk memakai bahasa yang sopan, tidak mengandung SARA. Terimakasih ^^