Untuk Aminah



            Rangkaian-rangkaian kata akan terlukis dalam sebuah halaman blog pribadi ini. Awalnya aku tak yakin untuk menceritakannya. Sabab aku tidak tahu tujuannya untuk siapa. Kepada siapakah akan kutujukan guratan-guratan lukisan hatiku yang bebentuk rangkaian kata ini? Entahlah. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk melukiskan rangkaian kata pada diary, yang membuatku hobi menulis sejak umur 10 tahun. And now I’m seventeen, by the way. Tak pernah aku jalani separuh hidupku hanya untuk menulis dalam kegiatan sehari-hariku sebelumnya. Sebelumnya aku hanya memiliki kegiatan menggambar, filateli, membaca komik, main sepeda, monopolli, boneka, BP-BP an atau istilah lainnya apa yak? Lupa! pergi ke tempat pengajian dan latihan Marching Band (dulu waktu SD itu Drumband). Dan semua kegiatanku itu tidak selama ini, sampai 7 tahun aku suka menulis dan menggambar pun masih walau pun jarang. Membaca lain lagi, itu sudah makananku walaupun sekarang yang dibaca kebanyakan novel. Tapi aku masih sangat mencintai kegiatanku waktu dulu sampai saat ini, meskipun agak malas dan harus berhenti melakukannya karena sesuatu (tapi aku takkan jelaskan). Dahulu, aku hanya gadis kecil pengkhayal. Kalau aku ceritakan, tidak akan pernah habis. Hehe :D
            Sampai di situ ...
            Aku mau ambil napas dulu. *ambil napas sekarang aja*
            Pada saat baca tulisanku ini pasti tidak terasa waktuku untuk menulis terhenti selama 20 menit sejak aku menulis kalimat di paragraf atas sebelum kalimat ini. Aku tadi habis mencari-cari berkas tulisan pertamaku yang berbentuk puisi waktu kelas 4, tapi sudah tidak ada. Rencananya mau ditampilkan fotonya disini. Huf...
            Baiklah, akan aku lanjutkan.
            Dua tahun belakangan ini, aku menyesatkan diriku dalam dunia blogging. Sungguh awam bagiku. Tapi perlahan aku mulai bisa. Tampilan blog yang belum sempurna dan tidak begitu indah (baca: jelek). Inilah rumah baruku untuk mencurahkan segala isi hatiku atau sekedar cerita atau pun khayalanku. Haha :D Tapi aku belum berani mempublikasikan cerpen atau puisi yang telah aku buat selama 7 tahun ini. Lebih tepatnya belum berani benar-benar menjatuhkan diri pada dunia literatur meski sudah kepalang tanggung karena sudah tersesat di dunia sastra. Aku tidak tahu tulisan ini akan kutujukan pada siapa. Saat pertama membuat blog ini, aku bertekad untuk menghibur para blog walking atau pembaca blog dengan cerpen ku yang dulu selalu bergenre romance dan fabel. Tapi malah ujung-ujungnya curhat di blog. Awalnya aku menutup-nutupi soal aku sering curhat di blog. Sampai pada akhirnya aku keceplosan berkata pada temanku, panggil saja Aminah. Setahun lalu, si Aminah itu pernah ngasih surat ke aku *padahal kita duduk sebelah-sebelahan lho* Mungkin karena dia canggung atau apa, sebab saat ia membuka mulut duluan agak ragu kayaknya mau ngomong. Surat itu bertuliskan, Menurut Lo, apa itu arti sahabat? Dan aku jawab, sahabat adalah orang yang selalu ada di dekat kita, menerima kita apa adanya, selalu ada saat suka dan duka, tidak pernah marah saat kita panggil ‘Nyet’ atau nama-nama aneh lainnya. Yang intinya sih dia setia dan apa adanya untuk kita... kayaknya jawabannya ada yang aku tambahin ya? Aku lupa. Dan inilah jawabanku saat ini, Intinya, pernah dengar lagu Stevie Wonder yang Thats Whats Friends Are For, gak? Lagu itu berarti buat gue. Gue udah pernah cerita belum sih tentang sahabat? Dulu gue ada masalah gitu deh sama sahabat gue. Dan gue baru sadar arti sahabat itu saat pertama kali dengar lagu itu waktu kelas 5 SD. Liriknya bagian Reff, Keep shingin...keep smiling...knowing you can always count on me, for sure. That’s whats friends are for. For good times and bad times, I’ll be on your side forever more. That’s whats friend are for. Percaya atau gak, gue selalu nangis tiap dengar lagu itu.lagunya agak kuno sih, tapi gue suka.
            Aminah balas lagi, Sekarang lu punya sahabat? Aku pun terdiam membaca surat itu. Dalam hati aku berkata “Gila lo, nanyain sahabat ke gue!” dan akhirnya inilah jawabannya, “Enggak. Dulu waktu SD gue pernah punya orang-orang yang gue sayang, gue udah anggap mereka sahabat, tapi mereka malah ninggalin gue. Tapi anehnya gue selalu minta maaf sama mereka. Sampai ada sesuatu yang menerpa gue. Dari situ gue mulai berpikir bahwa mereka bukan sahabat yang terbaik untuk gue. Sejak kejadian itu, gue mulai gak peraya yang namanya sahabat dan mungkin sekarang gue mengalami trauma teman baru. Waktu SMP gue punya sahabat, tapi gue selalu gak bisa menempatkan nama-nama mereka dalam hati gue. Walau di satu sisi gue sayang banget, tapi itu gak pernah benar-benar sayang. Sampai sekarang kita pisah sekolah.” Ucapku langsung tidak pakai nulis-nulis surat. Aminah pun menjawab, “Sama. Gue juga belum punya sahabat. Tapi satu-satunya orang yang nyaman gue ajak curhat Cuma Lo.” Aku hanya terdiam dalam hati berkata, “Gue juga menemukan kenyamanan saat ngobrol sama Lu. Tapi gue gak pernah bisa terbuka. Dan gue pun agak ragu. Jadi, sorry.”
            Sampai di situ ... kalau ada kata yang menyinggung maaf ya.
            Untuk Aminah,
            Maaf mungkin aku cuma bisa menjelaskannya disini.
            Sebelumnya, aku mau nanya. Apa sih pendapat kamu tentang aku? *untuk semua yang kenal* Agak sombong, jarang senyum, jarang nyapa, pendiam, kaku, dll. Mungkin itu jawabannya. Tapi itu salah. Itu bukan aku. Aku memang pendiam. Tapi untuk pendapat yang lainnya, bukan. Salah. Aku seperti itu karena aku merasa tidak cocok dengan kalian (teman-teman SMA), kalian jauh dari jangkauanku, dan aku tidak akrab dengan kalian. Kalau aku akrab dengan kalian, semua pendapat itu pasti akan berubah 180 derajat. Asal kalian tahu, aku yang sekarang berbeda dengan aku yang dulu. Entah kenapa alasannya. Yang jelas aku terkesan menutup diri.
            Saat ini aku memang sedang menutup diriku. Karena aku merasa kalian bukan hidupku. Dari dulu aku memang selalu menilai-nilai orang sebelum aku mengenalnya. Bukan menjelek-jelekkan, tapi lebih tepatnya memahami seperti apa sih dia. Biasanya ukuran atau dugaan atau perkiraanku selalu benar. Kalau aku cocok dengan dia, pasti aku dekat dengan dia. Tapi kalau tidak cocok, ya sudah berarti hanya sebatas teman sekelas atau pun sebatas kenal nama. Jahat ya? Tapi aku punya alasan tersendiri yang tidak bisa aku jelaskan. Aku berteman dengan siapa saja, dan tidak memilih-milih teman. Yang membuat pandangan orang berbeda saat melihatku adalah, aku terkesan orang yang tidak mau bersosialisasi. Bukan. Itu salah. Memang saat ini, aku ingin sendiri, lagi menjauhi sosialisasi, tapi tidak untuk selamanya.
            Intinya ...
            Aku butuh waktu untuk mengubah semuanya seperti sedia kala.
            Aku butuh waktu untuk memahami lingkunganku yang saat ini sangat jauh berbeda. Aku butuh waktu untuk mempelajarinya. Mungkin ini adalah hukum karma bagiku yang telah menyepelekan kehidupanku sebelumnya. Dan aku baru menyadari, ternyata dahulu lebih indah daripada kini. Namun, yang harus aku perbuat saat ini adalah, ‘menyesatkan diri’. Ya, aku harus menyesatkan diri menjadi pribadi yang lebih easy going dan tidak perlu dingin lagi sama orang sepertinya. Soalnya, aku punya teman, aku merasa nyaman. Tapi aku merasa aneh. Di awal perkenalan, mereka mendekatiku kemudian kita dekat. Setelah dekat, tidak lama kemudian aku mental, mulai menjauh, dekat lagi, selanjutnya aku menjauh (mental) lagi. Berulang kali seperti itu. Bahkan ketika aku mulai menjauh atau istilahnya mental dari hubungan lingkaran keakraban itu, kita seperti tidak saling mengenal. Tak jarang mata kita saling beradu di suatu momen. Kadang, aku berhasil menangkap basah matanya yang sedang menatapiku. Aku pun kadang sering memperhatikannya, dan tertangkap basah olehnya. Aneh ya? Pernah di suatu hari aku mengajaknya bicara atau mendekatinya, tapi malah dia yang kaku, jadil salah tingkah, atau apalah yang ia rasakan. Entah itu hanya perasaanku saja. Tapi, masa iya dia mau satu kelompok denganku saja harus meminta salah satu teman di kelas untuk bilang ke padaku? Hmm..ya sudahlah.
            Aminah, aku memang seperti itu. Kadang nempel kayak lem, kadang mental menghilang jauh entah kemana, dan setiap ketemu malah seperti orang yang tidak kenal. Hm, aku juga tidak mengerti. Karena selalu saja orang lain yang memulainya duluan, bukan aku.

Comments

Popular posts from this blog

Saras 008 Pembela Kebajikan

Kontes Blog #PESAWATKERTASTERAKHIR : Teruntuk Kita yang Pernah Sedekat Nadi Sebelum Sejauh Matahari

RUGRATS : a 90's Cartoon