Anyone of Us : Mencoba Menjabarkan Masalah

Dear, my blog

Dear, you; yang ceritanya akan gue tulis di sini. Gue harap lo membacanya dan mencoba mengerti melalui tulisan-tulisan gue di sini.

It's been along time, gue ngga nulis sesuatu di blog ini. And now, gue mau menuliskan hal-hal yang telah terjadi selama ini. Gue ngga tau harus memulai semua dari mana, semua hal yang terjadi selama ini terasa begitu complicated buat gue. Masih ada kaitannya dengan cerita gue yang terakhir gua post awal September 2018 yang lalu. Ya, dengan orang yang sama namun masalahnya jadi semakin rumit.

Di sini gue mau menjabarkan semua masalah yang terjadi satu per satu dengan tarik mundur ke belakang, kilas balik apa yang terjadi antara dulu dan sekarang, dihubungin satu per satu benang merahnya. Walaupun agak sulit sepertinya. Gue harus membuka memori lama, membuka lembaran lama.

I don't know, awal tahun 2019 gue dikasih cobaan yang amat sangat berat. Dan yang jadi fokus gue saat ini yaitu perihal pertemanan. And again, gue menghancurkan semua hal yang sudah terjalin. Baru aja gue berhasil melewati yang terjadi pada tahun 2017, di tahun 2018 gue menemui circle baru namun entah kenapa rasanya jauh lebih berat dan jauh lebih sulit dibanding circle yang sebelumnya. Mungkin karena gue merasakan 'koneksi' yang amat sangat kuat terhadap salah satu orang dari mereka, yang cerita tentangnya akan gue tulis di sini dengan judul 'Anyone of Us'. Kenapa judulnya itu? Sederhana sih, karena itu salah satu lagu favorit gue dan dia. Kalau gue memang sudah suka lagu itu dari SMP, nah kalau dia suka lagu itu gara-gara nonton film Meteor Garden 2018 yang sempat kita tonton berduaan setiap pulang kerja di bus jemputan. Dia pernah screenshoot status Whatsapp gue yang lagi dengerin lagu itu di Joox. Dan diupload beberapa minggu kemudian dengan caption, "Suka sama lagunya." gue komentarin sih, "Ngikutin aja lu! Haha". Ya panjang lah cerita gue sama dia.

Sedikit cerita pertemuan gue sama dia. Ya, dia salah satu rekan kerja gue yang gue kenal sejak April 2018 lalu. Di tempat kerja gue dia disebut sebagai 'anak' gue lah ya. Gue ngga bakal banyak cerita soal itu. Yang jelas dari situ kita dekat, walaupun gue pendiem parah dan dia juga canggung kayaknya karena sikap gue yang begitu. Rumah kita ngga terlalu jauh, itu sih yang membuat gue kemana-mana ya sama dia. Awal dekat sama dia ngga ada masalah sampai pada akhirnya nambah teman baru, kita punya grup yang disebut 'Keluarga Drama'. Dia yang bikin grup tersebut di WA dan gue dijadiin admin grup tersebut bareng sama dia. Entah deh alasannya apa. Dari grup tersebut mulai banyak konflik, gue merasa beberapa orang dari mereka benci banget sama salah satu dari teman kita yang seharusnya gabung juga di grup, cuma ngga dimasukin. Pusing deh ceritanya. Intinya gue ngga suka. Gue jadi sering selisih paham sama dia, yang membuat dia sedikit berjarak dari gue.

Bulan Agustus banyak konflik batin antara gue sama dia. Gue salah dikit dia langsung diem dan menjauh. Biasa duduk sebelah-sebelahan tiba-tiba jadi misah. Tingkah dia yang begitu sih yang bikin gue sadar dan paham, "Oh dia marah sama gue. Oh, gue udah nyakitin dia. Oh, begini tho kalau dia lagi kesel." Hal itu terjadi karena gue merasa kok ikatan gue sama dia makin lama semakin kuat ya? Gue merasa kayak ada 'koneksi' yang ngga bisa gue jelaskan. Bulan Juli gue mulai sadar, ada rasa sayang yang hadir gitu aja. Gue berasa udah kenal lama sama dia, gue berasa tau banget dia itu kayak apa, bisa ngebaca perasaannya, ngebaca pikirannya, berasa tau banget isi hatinya. Tapi, gue selalu ragu akan semua hal itu. Gua takut kalau itu semua cuma perasaan gue dan faktanya tidak seperti itu. Sampai sekarang belum terjawab sih semua pertanyaan itu. Gue tipikal orang yang cuek, sedikit tertutup, dan ngga bisa nunjukin perasaan gue. Tapi gue diem-diem perhatian sama dia. Keliatannya ngga peduli, padahal gue peduli banget sama dia. Keliatannya dia kayak ngga pernah gue 'liat' padahal fokus gue ke dia terus. Gue khawatir kalau dia kenapa-kenapa. Gue tau kalau dia lagi ada di belakang atau di depan gue tanpa gue liat pakai mata, cuma pakai feel yang entah kenapa selalu benar. Semenjak gue sadar kalau gue sayang sama dia, dia udah gue anggap kayak adik gue, rasa sayang itu makin menggebu-gebu. Hal itu bikin gue takut sih. Pertama, takut kalau dia ternyata ngga punya rasa yang sama. Takut kalau dia cuma menganggap sebatas rekan kerja yang sering ketemu, bukan sebagai teman spesial, sahabat, kakak atau orang terpenting buatnya. Kedua, takut sama perasaan gue sendiri. Takut hal yang tidak diinginkan terjadi. I know, ini masih batas normal karena gue sama sekali ngga ada pikiran jauh ke arah 'negatif'. Gue tau level sayang terhadap teman juga berbeda-beda.

Gue sering care sama dia, peduli, khawatir, cuma semua itu gue tunjukin diam-diam. Kayak ketika dia butuh, gue selalu punya apa yang dia butuhin. Padahal memang diam-diam udah gue siapin itu semua buat dia, jaga-jaga kalau ada apa-apa yang terjadi sama dia. Hanya saja gue orangnya kalau sayang ngga pernah nunjukin langsung, ngga pernah ngomong juga, ngga seperti teman-teman yang lain yang bisa lebih terbuka soal perasaannya. Dia yang kayaknya paling sering gue cuekin, ngga peduliin, padahal dia punya tempat yang lebih di hati gue. Sampai-sampai teman yang lain bahkan dia sendiri nanya, "Kok lu ke gue kayak ngga bebas, ngga terbuka? Kayak ketahan gitu, ngga kayak lu ke yang lain." Gue jawab, "Ngga gampang buat gue untuk dekat sama orang lain. Reaksi gue ya gimana sikap orang lain ke gue."

Masih banyak hal yang ingin gue jabarkan. Pelan-pelan deh ya. Gue juga masih sulit mencerna, menerima dan memahami semuanya.

Comments

Popular posts from this blog

Saras 008 Pembela Kebajikan

Kontes Blog #PESAWATKERTASTERAKHIR : Teruntuk Kita yang Pernah Sedekat Nadi Sebelum Sejauh Matahari

RUGRATS : a 90's Cartoon