Peluk


Sudah lupa bagaimana rasanya dipeluk sama orang yang benar-benar peduli.

Pengen banget rasanya dipeluk saat-saat lagi down, dan dibisikin "It's okay, you will be fine, and this will pass."

Gue percaya, pelukan bisa menyelamatkan seseorang.

Walau pada nyatanya, ngga semua orang akan selalu ada disisi dan ngga semua orang akan mengerti posisi kita, bagaimana persepsi kita, apa yang kita rasain. Hari ini disadarin lagi kalau yang mengerti kita ya cuma diri kita sendiri, tadinya masih denial kalau paling ngga ada lah ya satu orang yg ngerti, ternyata ngga.

Tapi ada yang selalu mengingatkan, selalu bilang, "Kamu ngga sendiri."

Mereka tak lain keluarga dan sahabat.

Inner circle gue selama ini.

Namun, sering kali gue meremehkan keberadaan mereka, terutama pas hidup kita lagi enak-enaknya.

Dan ketika keadaan berbalik seratus delapan puluh derajat, barulah gue menyadari betapa tidak nyamannya merasa sendirian saat tengah menghadapi masalah. Betapa rapuhnya diri tanpa tempat bersandar.

Salah satu cara ampuh untuk membuat diri kuat saat diterpa masalah adalah bersandar pada Yang Maha Kuasa, tentunya sesuai dengan kepercayaan gue.

Tapi, oke… harus gue akui, untuk melakukan itu kadang ngga mudah. Butuh kelapangan hati untuk mampu berserah diri kepada-Nya, karena toh masalah yang menimpa gue sebenarnya terjadi atas seizin-Nya.

Jadi, harus bagaimana agar ngga break down?

Support system.

Gue pernah denger katanya gue harus jaga hubungan baik dengan orang terdekat.

Meski memaksakan untuk kuat dan bisa mengatasi persoalan sendiri, tapi untuk berfotosintesis itu butuh banyak komponen; ngga bisa sendirian, butuh juga orang lain.

I need a hug.

Iya gue butuh pelukan. Pelukan dari seseorang yang benar-benar peduli sama gue. Seseorang yang selalu bilang, "Kenapa? Sini cerita." atau ngga seseorang yang tiba-tiba aja datang dan langsung memeluk gue tanpa perlu gue menjelaskan panjang lebar.

Honestly, gue ngga ngerti apa yang sedang gue rasain saat ini. Overthinking, marah, kesal, kecewa, sedih, jenuh, lelah, khawatir, cemas dan takut bercampur jadi satu. Berasa useless, cuma jadi beban buat keluarga, gue sekarang ngga punya pekerjaan tetap, kuliah gue terpaksa DO, tabungan semakin menipis, di pertengahan 20 masih belum punya apa-apa, mau take action malah Covid 19 mewabah, mikirin masa depan bakalan kayak gimana, ngerasa hidup susah banget, hidup berat banget, ngga tau deh. Rasanya gue ngga bisa mengenali diri gue saat ini. Gue kehilangan diri gue sendiri. Padahal gue masih disin-sini aja, ngga kemana-mana.

Gue kira 2019 adalah tahun terberat gue. Ya sejak tahun itu juga tiba-tiba banyak banget masalah yang menimpa gue. Dari masalah keluarga, kerjaan, perkuliahan bahkan pertemanan. Tapi tahun 2020 ini ternyata lebih berat. Tahun yang gue pikir gue bakalan bisa bebas dari semua masalah itu, bisa menghadapi semua itu dan tetap melangkah mengejar mimpi-mimpi yang sudah gue susun. Mau marah ke siapa? Masa marah sama Tuhan? Bersyukur katanya. Gue cuma bisa rehat terus jalan lagi, rehat kemudian jalan lagi entah sampai kemana yang penting jalan terus. I'm sure, gue pasti bisa melewati semua ini.

Tapi untuk detik ini, gue beneran lagi difase yang sudah capek banget, sudah lelah banget.

Denial berharap Baymax itu beneran ada :(

I need a hug.

Itu saja. Seriously.


On my notes, 25 07 20

Comments

Popular posts from this blog

Saras 008 Pembela Kebajikan

Kontes Blog #PESAWATKERTASTERAKHIR : Teruntuk Kita yang Pernah Sedekat Nadi Sebelum Sejauh Matahari

RUGRATS : a 90's Cartoon