Tulisan Terakhir Untuk Kalian Berdua

Ini adalah tulisan terpanjang gue, yang gue ketik via HP. Mungkin ini adalah tulisan terakhir gue tentang 'mantan sahabat', yang sebelumnya pernah gue tulis berkali-kali disini bahkan di blog gue lainnya. Biar gue perjelas dulu, mantan sahabat itu bukan berarti mantan pacarnya sahabat. Tapi mantan sahabat dalam arti yang sebenarnya, yaitu orang yang pernah jadi sahabat. Semacam fake friend gitu, tapi gue tidak yakin dan tidak tega menyebut fake friend. Pasti banyak yang salah paham (gagal paham) atau tidak mengerti maksud kata 'mantan sahabat' yang gue tulis, untuk itu gue tidak menulis judulnya "Tulisan Terakhir Untuk Mantan Sahabat" melainkan menulisnya dengan "Tulisan Terakhir Untuk Kalian Berdua" biar lebih jelas kalau tulisan itu memang untuk dua orang yang pernah jadi sahabat gue. Well, sebenarnya agak ganjil ya kalau gue sebut mereka sahabat. Karena kalau yang namanya sahabat pasti sudah mengetahui luar dalam kita, mengerti kita, dan bahkan mungkin tidak akan menjauhi kita, biasanya tidak akan terpisahkan entah apapun yang sedang melanda persahabatannya. Walaupun gue yakin sih ini pasti karena ada salah paham diantara kita dan kita gengsian. Gue berharap mereka (re: kalian) baca tulisan gue di blog ini. Karena gue perjelas semua alasan mengapa gue atau kita jadi menjauh, based on my experience, berdasarkan perasaan gue, pokoknya point of view nya gue.

Gue memang blogger yang terkadang suka menyesali apa yang telah ditulisnya, namun gue enggan menghapusnya. Yep. Gue memang sedikit menyesali tulisan gue itu, tapi gue tidak akan menghapusnya. Menurut gue yang sudah terjadi biarlah terjadi. Seperti biasanya kalau gue frontal di facebook, gue suka mengubah yang tadinya statusnya bisa dilihat publik atau teman facebook gue tapi mendadak hilang, gue tidak menghapusnya melainkan merubahnya menjadi status yang hanya gue yang bisa melihatnya. Ya, kalau gue sudah melakukan hal yang seperti itu berarti gue menyesali apa yang telah gue tulis. Awkey, back to the topic. Gue tidak akan menulis dan mengingat tentang mereka lagi. Tentang dua orang yang sudah bertahun-tahun akrab dengan gue, namun juga bertahun-tahun menjauh dari gue, pokoknya tentang mereka yang selalu memenuhi otak gue. Gue berjanji ini adalah tulisan terakhir gue tentang mereka.

Tapi sebelumnya gue mau menjabarkan suatu hal. Jadi selama gue berjauh-jauhan dengan FH, waktu itu kelas 4 SD, awal-awal kita saling berjauhan gue pernah menulis surat untuk dia dengan tujuan meminta maaf atas semua perbuatan gue yang mungkin tidak dia (re: kamu, FH) sukai. Ya, gue pikir dia (re: kamu, FH) marah sama gue dan mulai menjauhi gue gara-gara bertingkah kejauhan (iseng, jail, nyakitin, nyebelin). *kayak lagu* Nah, gue mendapat surat balasan yang gue curigai tulisannya. Gue curiga itu tulisan FH atau salah satu sobat gue yang kala itu adalah teman sebangku FH, yaitu LM kebetulan gaya menulis mereka sangat mirip. Isi surat itu intinya ngajakin ketemuan di sebuah lapangan bola dekat rumah FH. Gue datang dong, hari Minggu jam 7 pagi. Tapi apa yang gue lihat? Lapangan itu kosong! Karena gue yakin itu pasti tulisan LM, bukan dari FH ya gue pulang lah. Untuk apa gue bolak-balik naik sepeda kelilingin itu lapangan, gue tunggu sampe jam 8 tapi tidak ada siapa-siapa. By the way, LM ini adalah salah satu sobat gue yang sangat berusaha keras untuk nyatuin kita (re : gue dan kalian). Baik gue ataupun FH atau juga DS, teman dekat dengan LM. Tapi dia lebih dekat dengan gue dan FH. Kebayang dong, bingungnya jadi LM yang punya teman saling jauh-jauhan gitu. Biar gue perjelas dulu, gue sama FH kenal dari kelas 1 SD. Dia adalah teman dari yang tidak sekelas dengan gue, namun dia kenal gue. Dulu dia pernah menyapa dengan memanggil nama gue "Alfi...", gue cuma jawab "Iya..." sambil senyum. Gue juga bingung bin heran kok ada anak kelas lain yang kenal gue, padahal gue juga tidak tahu namanya. Waktu itu gue lagi sama Uut atau Muthia gitu, gue lupa, yang jelas gue tahu nama FH itu dari mereka. Kelas 2 kita sekelas, kelas 3 sekelas juga dan semakin dekat (dari kelas 3 kita suka duduk di jendela kelas yang belum selesai di bangun), dan di akhir kelas 4 kita saling menjauh.

Sementara kalau sama DS, dia anak baru waktu kelas 3 tidak sekelas dengan gue, gitu tahu namanya dari desas-desus anak-anak kelas gue yang suka ngomongin anak baru itu. Waktu kelas 4, tidak sekelas juga, namun gue pernah menyapa dia waktu ada halal bi halal di salah satu restoran yang diadakan oleh perusahaan tempat orang tua kita bekerja, kita pernah main karet, damprak atau apa itu lah namanya, dan main komputer (cuma istilah) bareng di lapangan, dan kita juga dipertemukan dalam satu panggung untuk membacakan hadist saat kenaikan kelas 5. Saat kelas 5 kita satu kelas, sekitar bulan Agustus ada jadwal upacara yang petugasnya adalah kelas kita saat itu dia adalah ketua kelas, dia menyuruh gue untuk jadi protokol tapi gue nolak. Entah bagaimana ceritanya di kelas cuma ada gue dan DS saat itu pakai baju olahraha, padahal yang lain sudah ada di lapangan untuk latihan upacara. Di meja guru dia narik-narik tangan gue sampai terduduk-duduk, memaksa gue untuk jadi protokol, gue cuma bilang "Gak mau. Lagian juga udah ada tuh protokolnya..". Dan entah bagaimana ceritanya, gue, DS dan teman satu lagi disuruh menjadi pengibar bendera. Dia adalah 'partner in crime' gue kalau lagi ulangan. Jadi diam-diam kita saling kerjasama kalau ulangan harian, gue minta jawaban dia kalau soal IPS atau penjas, gue tidak suka pelajaran itu. Dia minta jawaban ke gue semua mapel kecuali IPA dan IPS yang dia memang expert, seinget gue sih dia sering nanya kalau pelajaran Matematika, Bahasa Inggris dan Bahasa Arab. Teman belajar kelompok, gue inget sih dulu pernah belajar kelompok di rumahnya. Pernah juga belajar kelompok di rumahnya padahal saat itu kita sempat beberapa hari 'slek' saling diam gitu, cuma gara-gara waktu itu dia seharian jadi pendiam, seolah-olah lagi menjauhi gue pokoknya berubah gitu kayak bukan dia yang biasanya, yang membuat gue juga jadi jauhin dia juga. Saat sholat dzuhur, mungkin dia heran gue jauh dari dia biasanya juga gue sholat di samping dia, sampai dia mikir kalau gue marah sama dia. Waktu itu dia cerita ke Uut mungkin, soalnya tiba-tiba Uut nyamperin gue dan bilang, "Alfi kata DS lu marah ya?" Gue cuma bisa diam, cengo, sekaligus kaget. Justru gue pikir dia yang marah sama gue. Padahal katanya saat itu dia lagi sedih soalnya kakeknya sakit. Sumpah, tahu keadaannya gitu, gue malu dan merasa bodoh banget. Harusnya sebagai sahabat yang baik gue care dan mengerti dia. Kita juga ikut eskul Drumband, awalnya dia pegang bendera (color guard), gue pegang bell (belira), namun karena saat itu bell kosong karena mba Putri jarang masuk, gue suruh aja DS gabung di bell sebelumnya dia cerita dulu sih kalau dia mau gabung di bell. Gara-gara DS gabung bell, mba Putri harus jadi mayoret. Kalau mau latihan Drumband nyamper ke rumah gue, pernah waktu dia nyamper saat itu gue lagi nonton audisi IC2 pas bagian Cakka, waktu mau berangkat malah hujan, jadi gue pinjamin payung buat dia. Dia juga teman berangkat dan pulang sekolah gue, kita selalu ketemuan di perempatan jalan. Btw, waktu ada pesantren kilat dia selalu nyamper gue, bahkan waktu itu pernah dia mau nyamper gue dia sudah di ujung gang rumah dan gue pun juga sudah di situ. Di kelas rangking gue dan DS kejar-kejaran, but she's the winner, dia selalu ada di atas gue, tapi gue sih tidak masalah soalnya gue juga sih pasif di kelas, berbeda dengan dia yang aktif. Kelas 6 kita masih sekelas. By the way, DS usil banget sama gue. Suka isengin gue dengan merebut pulpen, penghapus, tip-x, atau buku, jadi kita saling kejar-kejaran gitu. Dia juga sering meminjam pulpen gue, udah bertumpuk kali pulpen gue dipinjam tapi tidak dibalikin. Btw, aneh waktu SMP kelas 1 Kuntari pernah ke kelas dia, nyamperin dia, entah ada urusan apa, yang jelas pulpen gue kebawa sama dia, habis dari sana Kuntari bilang, "Alfi, lu sama DS punya ikatan batin ya? Kok dia tau ini pulpen lu sih?! Padahalkan banyak yang punya pulpen beginian." Gue cuma jawab, "Au ah!". Well, lanjut pertengahan kelas 6, bulan Desember, sehabis praktik renang yang diadakan bertepatan ulang tahun gue 16 Desember, keesokan harinya sehabis bagi-bagi wafer tanggo dari Mrs. Denik wali kelas yang juga ulang tahunnya barengan sama gue, gue sempat rebutan sama DS. Rebutan tanggo, iya tanggo. Jadi dia dapat tanggo rasa vanilla sementara gue dapat yang rasa coklat, gue lebih suka sama vanilla. Sambil mupeng (muka pengen) gue minta tukeran ke DS, tapi dia gak mau sambil ngeledikin gue. Gue juga balik iseng ngerebut tanggonya, berebut deh kita. Tapi gue gak sampai hati untuk beneran ngambil tanggo dia. Gue ngalah dan mensyukuri apa yang gue dapat aja. Entah keesokan harinya lagi atau pada hari itu juga, jiwa iseng gue kembali muncul. Gue isengin lah dengan nempelin tip-x ke tangan dia. Dia juga balik membalas, tapi gue balas lagi. Sampai pada akhirnya dia marah. Balik ke meja dia sambil melipat tangan di meja dan menutupi mukanya. Kayak nangis gitu. Sesungguhnya gue benci keadaan dimana gue telah melukai orang dan membuatnya nangis. Melihat dia kayak gitu gue langsung diam. Kayaknya gue sempat ngomong sesuatu ke dia sih. Kalau tidak salah bilang gini "Nih, coret di tangan gue lagi nih. Bales lagi." Kasih tip-x ke dia tapi sambil ketawa. Sebenarnya muka gue sudah merah, dan mata gue nanar merasa bersalah. Cuma gue tutupin itu dengan tertawa jahil. Terus gue bilang "Ya udah." sambil coret tangan gue sendiri pake tip-x. Entah gue sempat bersihin tangan dia atau tidak, yang jelas gue amat sangat bersalah sampai-sampai gue buang itu tip-x. Tapi gue sempat tulis surat permohonan maaf, kayaknya dibuang deh sama dia. Sejak saat itu kita tidak pernah ngobrol atau saling sapa lagi. Bahkan kalau ada dia, gue lebih memilih menjauh. Karena gue malu dan merasa bersalah. Tapi saat tanggal 20 Desember 2008, diadakan pendadaran silat yang diadakan oleh sekolah dan perguruan silat yang dimulai dari habis maghrib sampai habis subuh. Sebelumnya gue mau jelasksn tentang pendadaran dulu. Sebenarnya pendadaran ini bertujuan untuk kenaikan tingkat. Berhubung gue dari perguruan Tapak Suci Muhammadiyah, yang selama hampir 6 tahun belajar silat tapi seragam masih polos baju merah dan sabuk kuning polos, pendadarannya kali ini hanya untuk mendapatkan bet dengan bertulisan siswa. Tahun besoknya diadakan pendadaran lagi untuk ganti sabuk yang tadinya kuning polos, menjadi sabuk kuning dengan satu melati putih. Gue sempat ingin ikut lagi sih, tapi gue sudah lulus SD dan sudah tidak latihan lagi. Malu juga...tapi gue iri adik gue sudah sabuk kuning satu melati putih. Dan anak kelas 6 SD sekarang yang sekolah disitu pun sabuk kuningnya sudah tidak polos lagi. Kenapa angkatan gue kelas 6 baru pendadaran? Next, saat pendadaran kita disuruh bikin kelompok yang berisi 10 orang. Entah mengapa DS yang tadinya tidak dibarisan gue tiba-tiba ada di belakang gue. Dia bilang "Gue gabung ya..."  gue mengiyakan saja. Tidak lama dia ngomong lagi, "Alfi, tukerang dong. Gue di depan lu, lu di belakang gue." Gue mengiyakan juga. Setelah itu kita disuruh membuat nama kelompok. DS nanya ke gue, "Nama kelompok kita apa?" Gue mikir, "Hm, naga terbang aja." Singkat cerita kita ditanyain sama pelatih nama kelompoknya apa. Habis itu kita disuruh keliling sekitar SD.

Di lapangan sepak bola dekat rumah FH, kita berhenti itu pos 1 sebutannya. Disana kita 'digembleng' disuruh push up, sit up, roll depan dan roll belakang. Habis itu kita dikasih jamu dan disuruh jalan lagi. Di pos 2 dekat TK, kita berhenti. Kita ditanyain nama kelompok, yang merupakan nama jurus dan disuruh meragain jurus . DS sempat nanya ke gue "Alfi jurusnya gimana?" Gue langsung praktikin deh. Setelah itu pelatih lagi ngomong, gue malah ngeliatin sekililing gue. Tiba-tiba DS manggil nama gue, "Alfi, Alfi,...itu...angkat tangan." Gue diam sebentar, gue ingat sekilas gue dengar kalimat kalau yang sudah haid angkat tangan, gue langsung angkat tangan. Setelah itu kita disuruh jalan lagi. Di tengah-tengah jalan-jalan DS bilang, "Fi, gue kebelet nih." Gue diam, bingung. "Lah? Itu ada teko disitu aja." Gue jawab sekenanya. Tapi DS ngomong lagi, "Fi, kebelet nih..." gue jawab "Terus gue harus gimana?" Sambil bercanda gue sambung lagi, "Udah itu ada teko nganggur kalo mau disitu aja." Dan setelah itu kita kembali diam. Sampai kuburan kita tidak ngomong lagi, dan saat disuruh masuk kuburan tengah malam gue gak tau deh dia bareng gue atau enggak. Gue sebenarnya kaget, kok DS ngedeketin gue lagi dan ngajak ngomong lagi hari itu. Sebenarnya gue berharap hubungan kita bisa balik lagi, secara baru beberapa hari kita saling diamnya. Yang jelas sejak selesai keliling, FH dan DS jadi akrab. Jadi gue gak berani mendekati mereka lagi. Sebelumnya DS juga tahu kalau gue sama FH dulu dekat, tapi sekarang jauh-jauhan.

Graduated SD, LM kasih gue selembar surat, surat itu disuruh kasih ke FH dan DS. Muke gile tu anak, gue yang lagi berjarak sama mereka, kenapa gue yang disuruh kasihin surat dari dia buat mereka? Gue suruh LM nulis surat juga kaga. Surat itu tidak gue kasih sampai sekarang, cuma seingat gue masih gue simpan di 'kotak harta karun' gue. Gue iri sih, Kuntari sama DS pelukan di depan gue. Padahal kita bakalan satu SMP. Kayaknya gue banyak cerita tentang DS. Habis gimana ya? Diary gue kebuang bekas kena banjir tahun 2006 yang sisa cuma diary gue waktu kelas 5. Waktu SMP kelas 1, gue sempat terima surat dari V yang isinya syarat-syarat agar dimaafin FH dan DS. Well, gue tidak percaya sama surat itu, soalnya itu tulisan V bukan tulisan FH dan DS. Oh ya, gue sebenarnya merasa ditipu, diperalat dan diadu domba oleh V itu. Masalahnya setelah gue jauh dari DS tiba-tiba gue dekat dengan V beberapa bulan hingga akhirnya dia ngejauhin gue. Bahkan sejak saat itu gue gak pernah mau ngobrol sama V, facebook nya aja gak gue add. Gue sama Kuntari juga sempat kepikiran untuk pura-pura marahan, habis itu Kuntari bakalan main sama DS dan FH. Tapi yang terjadi apa? Saat itu kita beneran lagi marahan, tapi Kuntari malah kepikiran biar dia main sama DS dan FH pingin tahu apa yang terjadi sebenarnya. Ya, dia ngelakuin misi itu sendirian tanpa sepengetahuan gue. Setelah beberapa hari, mungkin seminggu atau dua minggu dia baru cerita semuanya. Dia juga bilang kalau gue dan DS sedang diadu domba. Tapi entahlah. Percaya gak percaya gue juga.

Okay, itu saja sih yang mau gue ceritain. Gue bodoh ya? Harusnya gue menyapa, atau ngajak mereka main lagi dari awal waktu tiba-tiba jadi diam-diaman. Gengsi gue memang gede banget. Awalnya juga gue pikir, besok juga main lagi atau nanti juga main lagi. Karena memang anak kecil kalau berantem sama temannya pasti sebentar, tidak lama langsung akur lagi. Gue pikir juga mereka bakalan menyapa gue lagi, jadi lebih baik gue menanti. Karena diantara kita, gue itu lebih pendiam, mereka lebih banyak omong daripada gue. Karena biasanya juga mereka yang nyamperin gue lagi. Padahal kita sudah sangat dekat, harusnya gue sudah bisa terbuka sama mereka, harusnya gue gak perlu malu sama mereka. Sejak FH jadi diamin gue atau DS diamin gue, gue ngerasa kita jadi balik kayak dulu sebelum kita saling kenal. Tapi yang namanya tikus ketemu singa pasti bakalan diam dan takut. Ya karena gue merasa bersalah, dan tidak tahu harus memulai semua dari mana. Saat itu gue gak mikir, kalau itu kan gue yang salah harusnya gue yang memulai duluan bukannya nungguin mereka. Siapa tahu mereka nunggu gue yang nyamperin duluan? Jujur, gue tidak bermaksud untuk menjauh. Gue tidak ingin ada benci di antara kita, gue tidak ingin ada caci, yang gue ingin kita baik-baik saja. And this is the last I say sorry, I'm so sorry. Maaf... Gue tidak peduli apakah kita bisa seperti dulu, yang jelas gue minta maaf.

Sejak itu gue tidak pernah punya sosok yang gue anggap sebagai sahabat lagi. Teman banyak, cuma gue tidak anggap mereka sebagai sahabat. Bahkan saat kumpul bersama mereka jiwa gue gak ada disitu, gue gak nge blend bersama mereka. Gue gak percaya lagi sama orang yang baru gue kenal. Bahkan gue terkesan menutup diri dari lingkungan gue. Mungkin gue trauma teman baru. Hehe. Sudah sekitar setahun DS nge block akun fb gue. Gara-gara salah gue lagi. Gue frontal sok-sok'an ngajarin dia yang grammar englishnya salah waktu bikin status. Bego gue! Gue lost contact dengan DS. Bulan Desember 2015 lalu, FH pernah nge chat gue via Line. Dia bilang minta maaf soal yang waktu SD. Tapi tanggapan gue malah nyolot, gak nyantai, gak ramah. Harusnya gue bisa jawab dengan baik tanpa bikin dia kesal. Siapa tahu ada yang mau dia omongin lagi? Kalau gini kan, tambah parah. Nasi sudah menjadi bubur.

Well, gue give up! I surrender...gue tidak akan mengganggu mereka (re: kalian). Gue akan mundur, dan mulai menjalani kehidupan gue yang baru. Sorry, gue tidak sadar kalau sebenarnya minta maaf itu mudah, asal kita  tidak mensugesti pikiran kita dengan hal-hal negatif, tidak membebani pikiran dengan beranggapan kalau minta maaf itu sulit. Memang sih itu cuma omong kosong dari mulut gue yang nyatanya gak gue lakukan. Tapi gue sudah membuktikannya meski bukan pada mereka (re:kalian). Sorry, gengsi gue gede. Gue egois. Gue songong. Gue ngeselin. Dan gue juga munafik. Sorry, juga gue lupa kalau ada pepatah yang bilang show must go on, life must go on, the past ya the past, yang terjadi biarlah terjadi.

This is the last for you girls, both of you are special to me. Ever. I knew both of you are very nice kindly. Cause of you there's so much more I can see. Both of you are my teacher, there's so much more I can learnt. And so by the way I thank you. Thanks a lot for your kindness. Thanks a lot for being my best, meskipun itu dulu. Thanks for colouring my world. Agak to much, lebay. But... These words are coming from my heart. Really from my heart. Silakan jalani kehidupan kalian. Semoga kalian bisa sukses di jalan kalian.

Comments

Popular posts from this blog

Saras 008 Pembela Kebajikan

Kontes Blog #PESAWATKERTASTERAKHIR : Teruntuk Kita yang Pernah Sedekat Nadi Sebelum Sejauh Matahari

RUGRATS : a 90's Cartoon