Posts

Are You Okay?

Image
"Al, are you okay?" Mungkin, pertanyaan itu hanyalah pertanyaan singkat. Tidak sampai lima kata tapi efeknya luar biasa. Pertanyaan yang pada akhirnya, sering kali, dijawab dengan kebohongan sederhana. "Yes, I am okay." Apakah benar memang baik-baik saja? Tidak. "Cause everyone and conditions around want me to say like that." Tidak dapat dipungkiri, terkadang, kita tidak sadar telah menanyakan hal yang, seharusnya tidak perlu ditanyakan. Pertanyaan retoris yang terus saja terlontar. Menanyakan keadaan pada orang yang jelas-jelas tidak baik-baik saja. Kita tahu dia terluka. Kita tahu dia bersedih. Tapi pertanyaan, "apakah kamu baik-baik saja" akan terus dilontarkan. Ironi? Jelas. Semakin ke sini, aku sangat memahami, banyak sekali orang-orang yang berpura-pura bahwa ia baik-baik saja. Orang-orang yang terus tersenyum dan tertawa meskipun banyak sekali beban yang ia tanggung. Entah itu adalah beban secara fisik maupun psikis. Aku sangat

My Best Friend

Image
  Today, I want to tell about my best friend. My only best friend. I hope she’ll read this. Um, apakah gue harus bilang kalau dia adalah sahabat gue? Iya, tapi jujur kadang gue merasa kayak gue ngga berarti buat dia. Dan ngga tau apa sih impact dia di kehidupan gue? Jadi sometimes gue merasa dia nganggap gue sebagai sahabatnya ngga ya? Apa dia pantas gue jadikan sebagai sahabat? Yang jelas gue nyaman dan sayang sama dia. Ada banyak hal yang kayak ngga bisa diungkapkan oleh kata-kata, sih. Dia pribadi pun berulang kali meyakinkan gue untuk percaya sama dia, jangan ragu sama dia karena sikap dia yang cuek parah sih dan she always saying “I love you.” Tapi dia selalu ada buat gue. Nemenin gue setiap gue ada masalah, jadi penghibur gue. Walaupun dia ngga bisa untuk selalu ada di samping gue, karena jarak yang memisahkan kita, dia pun sibuk dengan kerjaan juga. Saat gue berada di titik paling terendah dalam hidup gue seperti saat ini, gue selalu butuh dia, dia selalu jadi orang pertama

Memori Tentang Bapak

Image
  Keadaan mungkin sedang berubah, tapi ada beberapa hal yang ngga akan pernah bisa berubah. Kenangan. Ya sebuah memori yang akan selalu bisa dikenang sepanjang masa tidak akan pernah berubah. Kenangan tetaplah kenangan yang bisa diingat sampai kapan pun dan ngga mungkin terlupakan apalagi jika kenangan itu pernah membuat kita merasa begitu bahagia. Hari ini seperti biasa dengan tanpa adanya kegiatan, sedang menjadi pengangguran, hampir selama 24 jam gue hanya menatap layar ponsel. Mengirim pesan kepada teman lama; terutama Yana, menggulir foto-foto lama sampai pada akhirnya aku bertemu pada sebuah foto dimana terdapat potretku bersama Bapak. Kala itu gue berusia 1 tahun 2 bulan, gue sedang digendong oleh Bapak. Di foto tersebut Bapak terlihat bahagia. Detik pertama ketika kembali melihat foto tersebut membuat gue teringat akan beberapa kenangan yang gue dan Bapak miliki. Ya, dahulu gue begitu dekat dengan Bapak. Sebab itu, memori-memori tentang kebersamaan kami selalu gue kenang. B

Hal-hal Kecil yang Membuat Bahagia

Image
  Selama ini kita sering banget nih berpikir kalau kita ingin bahagia kita harus mencapai hal-hal besar dulu dalam hidup. Ya, ngga munafik gue pun memiliki pendapat yang seperti itu. Misal, masuk universitas bergengsi kayak dulu sih gue ingin menjadi mahasiswa ITB, punya pekerjaan bagus dengan gaji tinggi, bisa jalan-jalan ke luar negeri sebulan sekali, bisa membeli barang-barang mewah, punya rumah yang megah dan beberapa keinginan besar lainnya. Hal-hal besar yang terlihat itu butuh banyak sekali waktu dan pengorbanan untuk mencapainya. Seakan-akan kalau mau bahagia, kita harus siap menderita terlebih dahulu sebelumnya. Ngga ada yang salah sih mikir kayak gitu. Tapi kok ya sedih banget rasanya. Mau bahagia aja susah. Dan seringnya, gara-gara sibuk mengejar hal-hal besar yang dianggap bisa bikin bahagia, jadi lupa kalau ada hal-hal kecil yang sebenarnya juga bisa membuat bahagia. Well, gue masih struggle dengan pemikiran ini sih. Karena jujur hal-hal bahagia menurut gue masih yang

What My Personality is

Image
  “Dulu awal gue ketemu lu tuh gue ngeliat kok kayaknya ini orang bakalan ngga asik deh. Dingin banget, cuek dan keliatan ngga ramah. Eh sekalinya kenal ternyata baik, asik, kocak dan ramah banget orangnya.” “Dulu gue kira lu pendiem. Pas udah kenal, ya Allah salah banget udah menduga pendiem. Gacor banget, goks!” “Alfi orangnya asik, peduli sama gue, baik, kreatif, rela berkorban.” “Hah, lu pendiem? Dari mana? Kenapa banyak yang bilang lu pendiem sementara gue ngga merasa begitu? Gacor begini dibilang pendiem.” “Yeee gue bisa pendiam, bisa banyak omong. Tergantung orang yang gue hadapi, tergantung orang tersebut personalitynya gimana. Gue sih kemana aja hayo.” Kira-kira begitulah pendapat beberapa orang tentang gue. Dari mulai first impression gimana sampai begitu sudah kenal bagaimana. Banyaknya sih amazed gitu karena di luar dugaan mereka. As always gue selalu capek ngejelasinnya gimana. Gue kira hal yang paling penting atau jelas tentang gue adalah gue sedikit introvert

Teruntuk, *ngga tau mau ngasih judul apa

Image
Sumpah gara-gara dibilang "Kirain udah lupa..." jadi kepikiran nulis sesuatu yang memang sebenarnya udah lama gue tulis cuma ngga tau harus gimana. Teruntuk Ayyanah. Gue memang sudah agak jarang ngechat lu. Soalnya kalau apa-apa gue yang duluan ngechat terus, ya gue takut ganggu, gue merasa lu udah berbeda aja. Gue ngga tau apa yang terjadi sama lu, apa yang lu pikirin soal gue, atau apa. Gue sadar kita yang sekarang sudah ngga sebebas dulu. Bukannya gue sudah lupa sama lu atau ngga inget lu lagi. No. Sama sekali. Malah gue pengen  ngechat lu setiap saat kalau gue lagi ngga sibuk. Eh sekarang lagi ngga sibuk sih. Gue juga pengen banget tau kabar dari lu, lu lagi apa, lu sibuk ngapain aja, ada cerita apa. Tapi mungkin lu juga mempertanyakan gue yang ngga pernah ngasih kabar apapun. Maaf ya, gue pengen lu begitu tapi gue sendiri juga ngga begitu ke elu. Ada hal yang belum bisa gue ceritain sekarang, bukan dirahasiakan, tapi memang belum bisa. Dan apapun keadaan gue

Peluk

Image
Sudah lupa bagaimana rasanya dipeluk sama orang yang benar-benar peduli. Pengen banget rasanya dipeluk saat-saat lagi down, dan dibisikin "It's okay, you will be fine, and this will pass." Gue percaya, pelukan bisa menyelamatkan seseorang. Walau pada nyatanya, ngga semua orang akan selalu ada disisi dan ngga semua orang akan mengerti posisi kita, bagaimana persepsi kita, apa yang kita rasain. Hari ini disadarin lagi kalau yang mengerti kita ya cuma diri kita sendiri, tadinya masih denial kalau paling ngga ada lah ya satu orang yg ngerti, ternyata ngga. Tapi ada yang selalu mengingatkan, selalu bilang, "Kamu ngga sendiri." Mereka tak lain keluarga dan sahabat. Inner circle gue selama ini. Namun, sering kali gue meremehkan keberadaan mereka, terutama pas hidup kita lagi enak-enaknya. Dan ketika keadaan berbalik seratus delapan puluh derajat, barulah gue menyadari betapa tidak nyamannya merasa sendirian saat tengah menghadapi masalah. Betapa rapu