Biarkan aku sendiri ...

Apa yang salah dengan semesta? Begitu banyak perubahan yang aku rasa. Akhir-akhir ini aku sering sekali merasa kesepian. Aku bingung, Mengapa aku lebih memilih menjauh dari keramaian? Aku jadi lebih pendiam. Tertutup. Aku rasa akhir-akhir ini aku jarang senyum bahkan tertawa. Mengapa? Begitu saja kok susah. Jarang bukan berarti tidak pernah. Aku hanya merasa senyum dan tawa yang dulu sering ku tebar, perlahan mulai menghilang. Berkurang. Ini bukan keinginanku. Sungguh. Keadaan yang membuatku harus seperti ini. Terkadang aku pun berpikir apa yang terjadi padaku? Sejak kejadian itu ... beberapa tahun silam. Ah. Mungkinkah aku frustasi? Stress? Merasa kehilangan? Biar waktu yang akan menjawabnya.

Aku merasa kecewa dengan orang yang dulu aku anggap sebagai SAHABAT. Dulu aku percaya, ia akan selalu ada untukku. Sebab ia selalu menemani hariku, membuat tawa dan canda, kami pernah merasa bahagia dan sedih bersama. Tapi sesuatu yang membuat semua perasaan itu hilang. Jangan tanyakan aku mengapa. Sebab, aku pun tidak tahu. Kami bermusuhan, tidak ada titik temu untuk berdamai, dan perlahan mulai memutuskan tali persahabatan. Kami yang dulu akrab, kini sudah seperti tidak saling kenal. Aku menjalani hidupku sendiri, dan tentunya dengan berbagai hal baru. Begitupun dengannya.

Apakah aku masih berharap agar ia menjadi sahabatku? Entahlah. Selama ini aku telah salah menilainya. Ia percikan rasa menciptakan kenangan dengan tutur kata yang terbuai dusta persahabatan yang nista. Sahabat adalah orang yang menerima kita apa adanya, selalu ada disaat kita senang ataupun sedih, mau rela berkorban, mau menegur saat kita bersalah, berkomentar apa adanya, jujur. Aku rasa, ia tidak. Tapi aku ingin menjalin silaturahmi dengannya, meskipun bukan sebagai sahabat.

Aku tidak ingin menjadi bodoh, karena terlalu berharap dengan orang yang sama sekali tidak baik untukku. Biarkan aku sendiri ... Aku ingin memperbaiki kesalahan atas keputusanku yang mungkin telah salah memilihnya. Tidak apa meski aku harus sendiri. Tidak masalah meski hanya aku yang merasa sakit, pedih, sedih dan kecewa ini. Biarkan aku sendiri ... Tenggelam dalam dunia. Mungkin aku seperti menjauh darinya, bersembunyi. Tidak salah. Tapi tidak benar juga. Kami masih hidup di dunia yang sama. Aku hanya tidak ingin rasa kecewa ini semakin dalam. Aku tidak ingin rasa ini makin pedih. Ada waktu dimana aku harus mundur agak jauh kebelakang dan bila perlu mau sedikit melihat ke atas untuk menyelesaikan masalah ini.

Kadang ada air mata yang menembus tebing pipiku ketika aku mulai teringat oleh kisah lama. Kadang ada pisau yang menyayat hatiku ketika melihat ia tertawa bersama kehidupannya yang baru. Senyum ini tersungging getir mencoba menenangkan keadaan. Aku tahu ini sakit. Sedih. Tapi semestinya aku bisa membiarkan kisah lama itu berlalu. Tidak seharusnya aku seperti ini. Meski aku memang sangat kecewa. Seharusnya aku tersadar dari mimpi burukku yang panjang ini. Aku telah salah memilih. Semestinya aku mampu terima. Mencoba membiarkan semuanya berlalu. Menjalani hidup baruku ... Meski sulit.

Untukmu ...
Aku ingin kamu bahagia dengan hidup barumu. Biarkan...biarkan aku saja yang mengalah. Biarkan aku yang merasa rasa ini. Cukup aku saja. Semoga tidak ada dusta dari tutur kata dan sikap. Biarkan aku sendiri ...


Backsound : Sahabat by Raisa Fatma
Dimana kini, kisah yang dulu
Wahai sahabat ku merindukanmu ...

Comments

Popular posts from this blog

Saras 008 Pembela Kebajikan

Kontes Blog #PESAWATKERTASTERAKHIR : Teruntuk Kita yang Pernah Sedekat Nadi Sebelum Sejauh Matahari

RUGRATS : a 90's Cartoon