Raindrops

Langit cerah yang menyapaku sejak tadi pagi tiba-tiba murung. Awan hitam menutupi wajahnya. Gelap. Awan putih yang lembut bak salju perlahan mulai bergerak dikudeta oleh awan hitam. Suara gemuruh dan petir setia mengikuti kemana awan hitam itu bergerak.. Nampaknya siang ini akan turun hujan. Aku masih terpaku menatapi keindahan Selat Sunda dan bentuk-bentuk bangunan yang menjulang mencakar angkasa dari sini, rumah saudaraku yang berada di lereng gunung Karang, Pandeglang. Saat aku terkagum, aku selalu menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya perlahan seraya menuturkan kata-kata pujian. Begitu indahnya. Dunia ini terasa begitu hebat keindahannya sebab Dia Sang Khaliq yang menciptakan dengan seni yang begitu tinggi. Tak ada duanya.

Yess..benar saja. Butir-butir air jatuh dari langit. Kumpulan tetesan air yang dibawa awan hitum membentuk hujan. Deras. Seperti biasa hujan memiliki kehebatan. Hujan mampu meresonasikan ingatan masa lalu. Hujan membawaku kepada memori lama. Aku semakin terpaku menatap hujan. Jendela yang aku sandari mulai basah terkena percikan air hujan. Andai kalau saat ini aku sedang berada di kafe ditemani seorang Pangeran, mungkin ini adalah waktu yang romantis. Duduk di sofa berdua di kafe yang bercahayakan lampu remang-remang, menambahkan suasana hangat ditengah udara yang dingin. Dan spot yang paling tepat adalah sofa yang berada di pojok ruangan dan dekat jendela. Ah... *apasih??* Tapi yang paling tepat dilakukan saat hujan adalah menulis sambil nyemil ditambah semangkok mie instan yang siap disantap. Haha :D Seperti yang aku lakukan saat ini. Hari ini sebenarnya masih puasa Ramadhan, berhubung aku sedang kedatangan tamu ya jadi aku tetap makan. Yess.

^^

Comments

Popular posts from this blog

Saras 008 Pembela Kebajikan

Kontes Blog #PESAWATKERTASTERAKHIR : Teruntuk Kita yang Pernah Sedekat Nadi Sebelum Sejauh Matahari

RUGRATS : a 90's Cartoon