Terpaksa, biasa, BISA!!

Sepotong kenangan masa lalu bagaikan potongan-potongan mozaik dalam hidupku. Potongan kenangan itu adalah elemen mozaik dalam hidupku. Yang suatu saat nanti akan tersusun raipi membentuk "siapa diriku", "jati diriku", dan "bagaimana masa depanku".

Hari ini, aku tidak ingin meninggalkan kamarku selama aku sedang tidak ada kegiatan. Ya, seperti saat ini. Aku lebih suka menjelajahi kamarku, berkutik dengan semua yang aku suka.

Tadi, aku sedang membongkar berkas-berkas lama yang isinya piagam-piagam, kertas-kertas ulangan, album foto, pokoknya semua file yang menurutku berharga. Hasratku bergelora bersama kenangan-kenangan masa lalu, sebuah potret tentang keceriaan, kepolosan, tawa-tawa kecil, ke-sok tahuan...membuat aku ingin mengulangi kembali. Ku pegang semua berkas-berkasku satu per satu. Sebuah buku yang sudah usang menyolok mataku. Raport SD? Lalu, aku membuka buku usang itu yang telah lama mendekam di koper. Ugh..banyak debu. Aku membuka lembar demi lembar raportku perlahan. Aku lihat isinya. Banyak angka. Aku tersenyum. Buku ini sangat kuno jadul sekali. Padahal baru empat tahun lalu aku lulus SD. Tulisan-tulisan guruku tercetak dengan rapi. Aku kembali tersenyum. Ya, jaman dulu masih tulisan tangan. Berbeda dengan raport SMA ku yang sekarang. Ku perhatikan isi raport itu, semua itu nilai hasil belajarku di SD. Kebetulan aku sekolah di SD swasta. Nilai yang dicantumkan di raport nilai asli, asli dari ulanganku yang kertasnya masih ku simpan. Cuma saat aku kelas 5-6 nilai raportnya sudah diakumulasikan, jadi bukan hanya nilai ulangan semester saja. Total nilaiku dari SD kelas 1-6 terus meningkat begitupun dengan rangkingnya. Namun saat kelas 4-6 aku bertahan menduduki peringkat 3, padahal tadinya peringkat 1. Tidak masalah. Karena aku selalu berpikir itu kesalahanku. Banyak belajar dan baca atau nilai bagus sebenarnya tidak terlalu berpengaruh banyak. Salahnya aku kurang aktif di kelas.

Berpaling dari raport SD, aku memperhatikan raport SMP. Hampir sama. Nilainya lumayan bagus dan aku bertahan menduduki peringkat 1 di kelas, meskipun waktu kelas 7 peringkat 2. Melihat raport-raportku membuat aku berpikir dan membatin, membingkai diriku sendiri. Aku yang sekarang, bukanlah aku yang dulu. Dari segi nilai di sekolah, SMA ini nilaiku naik-turun cenderung kecil. Aku pun jadi lebih pendiam, kurang baca buku pelajaran, lebih sering baca novel dan menulis, kurng belajar. Ah! Aku mulai risi dengan keadaanku sekarang. Dan terbesit dalam benakku untuk bertekad menjadi lebih baik. Aku ingin bisa kuliah di ITB jurusan Arsitektur. Tapiiii...

Saat menemukan kebuntuan dalam mengejar mimpi, disitulah TEKAD, KEYAKINAN dan NIAT yang menjadi tumpuan. DISPLIN harus diterapkan. USAHA pun harus berperan lebih giat dan lebih banyak. DOA yang terus terucap. Tentu saja semua itu harus terus menerus, continue, istiqomah. Dan ketika kita mencapai titik batas kesabaran, TAWAKAL jadi tujuannya.

Ya, aku ingin menggapai inginku, mimpiku. Aku harus membuat menu baru dalam hidupku. Menu yang lebih banyak dan ketat. Lebih giat belajar, baca, kurangin internetan, rajin ibadah, harus pakai D.U.I.T (Doa, Usaha, Ikhlas dan Tawakal). Tapi tentu saja aku harus disiplin. Cara menumbuhkan kedisiplinan itu dengan PAKSAKAN. Manusia itu budak dari pola, artinya sebuah pola baru yang semula tidak ada lalu diadakan, lantas dibiasakan, kelak akan dirasakan enjoy saja. Agar menjadi kebiasaan ya harus PAKSA. Disini letak visi manusia diuji. Orang-orang yang sukses itu karena mereka percaya karena kedisiplinan akan berbuah manis. So, ayo PAKSA disiplin maka akan TERBIASA lalu niscaya BISA!!



Sebagian kutipan diambil dari : http://www.butterflyact.com/terpaksa-biasa-bisa/

Comments

Popular posts from this blog

Saras 008 Pembela Kebajikan

Kontes Blog #PESAWATKERTASTERAKHIR : Teruntuk Kita yang Pernah Sedekat Nadi Sebelum Sejauh Matahari

RUGRATS : a 90's Cartoon