Hello Rain !


Hello rain !

This is not a sad story. Not an ambigous sentence. I just wanna to try to write what I see. Describe with simple words, menari lemah gemulai dengan gaya bahasaku yang terlalu biasa. Ini bukanlah sesuatu yang "wah". Sebuah catatan yang aku tulis tanpa pernah aku sadari begitu. Kata-kata yang mengalir begitu saja dari pikiranku, mengikuti irama hatiku seiring dengan detak jantung dan denyut nadiku terus membuat melodi. Aku belajar mencintai udara yang membuat aku mampu bernafas dan bersyukur karena Allah telah memberikanku hidup.

Hello rain! Welcome to my world. We meet again after long time I not looking at you, enjoying every second of the most beautiful moments that are so conciliatory my heart. Mungkin bahasa Inggrisku tidak sebagus orang-orang Amerika ataupun British, grammarku pun sangat "jongkok tiarap", tidak sempurna. Tapi bukan itu yang terpenting. Aku hanya ingin bermain dengan kata-kata menyusun sebuah paragraf puitis.

Sore ini seperti biasa aku selalu duduk di beranda rumahku menatap semua yang ada di sekelilingku. Namun tiba-tiba hasratku untuk menulis begitu menggerola mengingat apa yang sedang aku tatap saat ini adalah sesuatu yang sangat aku idam-idamkan. Telah lama aku sangat merindukannya, dia yang telah lama menghilang kini kembali.

Apa kabar hujan? Aku rindu kehadiranmu yang selalu menyapaku dengan pasukan butir-butiran air. Dan ketika kamu hadir, aku menatapmu jatuh membasahi ranting dan dedaunan. Rasanya aku tidak pernah segan untuk berkata bahwa aku tidak pernah bosan berjumpa denganmu. Seketika aku selalu ingin kamu memelukku dengan sentuhan lembut, biar saja tubuhku basah. Aku selalu terbuka untuk menerima kamu menyelimutiku dengan butir-butir air, membuat tanganku tergerak untuk membentang menyambut hangat kehadiranmu. Aku tidak perduli mereka berkata apa. Aku terima kamu apa adanya, seperti jernihnya butir-butiran air yang menetes begitu polosnya tanpa pernah memilih-milih untuk menjatuhkan dirinya meski di tempat kotor sekalipun. Karena aku tahu, kamu adalah penyejuk. Jika orang bertanya siapakah yang selalu membuatku merasa tenang dan nyaman, maka aku akan menjawab "kamu", hujan.


Ketika aku masih kecil Papa Mama selalu bilang, "Jika hujan turun, berarti tandanya langit menangis". Tapi aku tidak pernah menafsirkan itu begitu dalam. Pikiranku berkata, hujan bukanlah air tangisan. Tetapi hujan adalah air penyejuk. Sebab aku selalu merasa tenang dan nyaman ketika hujan turun membasahi bumi. Resah, gelisah dan gundahku selalu hilang ketika hujan mulai turun, seolah menghanyutkan semua perasaanku itu.

Hujan, beberapa waktu ini aku telah buta kepadamu. Aku lupa akan kebiasaanku kepadamu, dulu. Sampai ketika kamu hadir beberapa kali, aku tidak menyambutmu seperti biasa. Namun aku sadar, aku telah dibutakan oleh perasaan burukku terhadapmu. Dan kini kehadiranmu untuk yang ke sekian kalinya, kamu sembuhkan buta dan rasa sedihku. Aku sadar, kamu telah mengilhamiku untuk beberapa potongan mozaik dalam elemen di hidupku. Andaikan di dunia ini tanpa kamu, hujan. Tidak akan mampu terbayangkan bagaimana aku dan dunia ini. Tidak bisa dipungkiri lagi, seluruh alam semesta beserta isinya pasti akan mati. Bumi akan kekeringan, layaknya hati tanpa cinta yang perlahan akan menggersang. Tanaman-tanaman yang biasanya mendapat asupan pupuk cinta air yang selalu kamu berikan tanpa pamrih akan mati. Hewan-hewan pun pasti akan mati. Begitupun denganku. Aku tidak bisa membayangkan jika seandainya kamu tidak ada. Aku bisa makan dan minum karena hasil kebaikan kamu yang rela memberikan air untuk dunia. Kamu yang selalu mengilhami setiap detik momen dalam hidupku, membuatku bertahan demi sepatah kata yang terinspirasi darimu. Ah, sudahlah. Yang aku tahu saat ini kamu masih ingin menemuiku, meski kadang kamu seperti angin yang tiba-tiba datang lalu menghilang.

Comments

Popular posts from this blog

Saras 008 Pembela Kebajikan

Kontes Blog #PESAWATKERTASTERAKHIR : Teruntuk Kita yang Pernah Sedekat Nadi Sebelum Sejauh Matahari

RUGRATS : a 90's Cartoon