Suddenly It Falls


Haii, glad to see you again. I've been avoiding you. Try not to meet you again. But I can't still avoiding you. Now, all I hear is raindrops falling on the rooftop. The rain fills our meeting. Trickling one by one touch the window that separates us. Until the rain splash gently touching my cheek.

Hai, apa kabar? Setelah sekian lama kita tidak bertemu, namun waktu mempertemukan kita kembali. Bukan inginku begini, tapi salahku yang membuat kau ada disini. Maaf aku membuat kamu ada disini. Telah lama aku menghindarimu, namun tetap tidak bisa. Entah takdir atau hanya kebetulan. Bertemu denganmu membuat aku tidak mampu berbuat. Sungguh tak mudah bagiku. Rasanya aku tidak sanggup bernafas lagi, berdiri tegap di hadapanmu kini. Aku membatu. Membingkai diriku sendiri. Menyalahi pertemuan ini. Aku tidak dapat mendengar ucapanmu. Yang ku dengar hanya suara tetesan hujan yang menghiasi pertemuan ini. Derainya membentang memisahkan aku dan kamu. Hujan menetes jatuh satu per satu menyentuh hatiku. Sebulir air membalut pipiku. Mungkin percikan air hujan, ataukah--air mataku yang berhasil menembus dua tebing pipiku. And suddenly it falls ...

Aku kembali menyerah dan mengalah. Aku rapuh jatuh tak berdaya. Kamu datang menyusuri lorong pekat menemukanku teronggok berlumur pilu. Aku tertahan dalam dekapanmu yang mencium dingin hatiku, kembali bermuat asa. Kedua tanganku menggelayut dengan erat di pundakmu seolah aku kuat, namun lututku bergetar. Aku lemah, tidak mampu menyusulmu yang perlahan pergi dari ingatanku meski ku tahu aku tidak bisa. Tak sanggup menemani dalam bingkai pesonamu.

Tertipu. Ku melihat sisi aneh tersembunyi dalam blik wajahmu. Semua tutur kata yang terucap, hanya ucap dusta berbalas durka teruntai senyum nista. Perankan dengan keluguan yang mengikis rasa percaya. Sialku masih percaya akan keajaiban. Aku masih berharap akan menemukan pelangi setelah hujan reda. Membiarkan tetes-tetesan hujan membasahi wajahku. Menguapkan tiap butir tangis yang menetes terisak. And I know suddenly it falls ...

Biar aku berusaha sekuat apapun, aku tidak akan bisa. Air mata itu menetes begitu saja, durhaka pada tuannya. Hatiku yang telah terpikat olehmu terus mendesak. Menunggu dalam sesal. Bahkan ketika kata tak lagi ada, tertutup dengan tara.

Meski masih ingin memandangimu, lebih baik kau tidak ada disini. Sungguh tidak mudah bagik menghentikan khayalan gila. Jika kamu ada namun aku hanya bisa meradang menjadi yang di sisimu, membenci nasibku yang tak berubah. Pergilah, menghilang sajalah lagi ...

Dan butir-butir ini jatuh layaknya hujan yang memeluk tubuhku pilu ...




*Backsound : Maudy Ayunda - Tahu Diri

Comments

Popular posts from this blog

Saras 008 Pembela Kebajikan

Kontes Blog #PESAWATKERTASTERAKHIR : Teruntuk Kita yang Pernah Sedekat Nadi Sebelum Sejauh Matahari

RUGRATS : a 90's Cartoon