Gerimis Senja
Senja ini bubuk hujan tumpah dari langit. Tidak terlalu deras, hanya rintik kecil yang sesekali jatuh menyenggol kaca jendela atau tergelincir di atap rumah. Tak tanggung, ia pun melesat lembut menikam tanah yang kering perlahan-lahan menjadi basah. Namanya gerimis, teman lama yang selalu dinantikan kehadirannya bersama pertichor. Rintik manis hari Selasa di senja yang romantis.
Aku suka hujan dengan kesederhanaannya. Ada senja dan renjana. Ada cerita dengan diksi dan metafora, juga cinta tersembunyi yang masih belum punya nyali menampakkan diri.
Senja. Sang penyampai perasaan yang memiliki latar paling epik yang diciptakan oleh Tuhan itu semakin cantik ditemani hujan renyai-renyai. Transparan partikel hujan menjadi perona di wajah senja yang sinarnya jingga kemerahan, seolah kecantikannya yang luar biasa kurang bila tanpa polesan.
Gerimis di senja ini adalah pengurai rindu yang sudah tidak terukur kadarnya, bak dekomposer kemudian diolah menjadi energi bagi jiwa yang lelah kekeringan. Hari ini adalah hari kedua langit menumpahkan bulir beningnya di bulan November.
sumber : www.kumpulanfiksi.wordpress.com |
Comments
Post a Comment
Silahkan berkomentar. Komentar Anda sangat bermanfaat bagi saya. Dimohon untuk memakai bahasa yang sopan, tidak mengandung SARA. Terimakasih ^^