The Two of Us : Biarkan Aku yang Pergi

Entah kenapa, aku seperti bisa membaca hati, pikiran atau maksud seseorang. Tanpa orang tersebut bicara padaku, aku sudah bisa mengetahui maksud hatinya dan apa yang ada dipikirannya. Tidak semua orang yang bisa aku baca, memang. Tho, aku bukan seorang cenayang. Hanya orang yang aku kenal, baik dekat maupun tidak, tapi sering bertemu atau berbicara dari mulut ke mulut atau via medsos, setelah itu seperti tercipta semacam ikatan batin.

Dan kali ini, terjadi pada kamu. Aku merasa kamu berubah. Entah karena memang sedang ada masalah atau justru aku yang membuat kamu bermasalah? Ya, aku merasa kehadiranku tidak kamu inginkan. Meskipun awalnya hubungan kita berjalan baik-baik saja. Tapi, tidak sejak hari itu. Aku menjadi diam terhadap kamu, begitupun sebaliknya. Aku jadi serba salah. Harus bagaimana aku bersikap terhadapmu lagi, setelah kejadian itu yang mungkin aku mengecewakanmu. Kamu memang bilang tidak masalah, tidak bilang marah ataupun kecewa. Tapi aku paham di lubuk hati yang terdalam, kamu menyimpan rasa marah atau kecewa atau malah sedih paling tidak sedikit. Aku tidak sedang membaca pikiranmu. Hanya saja aku memakai logika, seandainya aku berada di posisi kamu dan aku pernah berada di posisi seperti kamu. Aku bodoh melakukan hal itu padamu, hanya karena ingin menyelesaikan masalah seorang teman dan secara tidak langsung kamu itu terlibat. Bukan 'aku' banget yang suka ikut campur urusan orang lain. Tapi berhubung dia tidak mau bicara langsung kepadamu, dan menurutlu hal itu perlu dilakukan agar aku tahu pendapat kamu. Ternyata cara saya salah. Aku tahu justru itu menyakitkan kamu.

Detik ini aku menyadari kita semakin berjarak. Mungkin karena memang kita tidak cocok. Maaf, aku harus menjaga jarak. Aku tidak ingin kamu tersakiti lagi atau aku berbuat bodoh terhadapmu. Mungkin benar aku harus berhati-hati dalam bersikap. Karena aku sadar, aku belum mengenalmu lebih jauh begitupun dengan kamu. Aku tidak mau sikapku ini tidak terkontrol. Aku takut terjadi salah paham lagi. Mungkin sebaiknya kita memang tidak usah bersama. Karena aku tidak ingin merepotkanmu, karena aku ingin kamu menjadi dirimu sendiri begitupun denganku. Satu yang harus kamu ketahui, walau begitu aku nyaman bisa dan pernah bersamamu walau kamu tahu kesunyian selalu menyelimuti kebersamaan kita. Tapi aku tidak akan memutus silaturahmi denganmu, kita tetap bisa berkomunikasi walau aku harus menjaga jarak dan sedikit berhati-hati. Sulit memang harus bersikap seperti itu. Itu karena aku menyerah untuk memahami sifatmu, walau aku bisa menyadari dan memahami maksud yang tersirat dari dirimu. Tapi aku menyerah menghadapi itu. Aku diam, kamu balik diam. Kamu sudah berusaha aktif, aku yang masih pasif. Aku sudah mencoba untuk aktif, seperti memulai pembicaraan duluan tapi omonganku selalu kaku. Aku menyerah. Jadi, biarkan aku yang pergi untuk memulainya kembali, untuk memahami kita masing-masing. Ada salah satu kutipan buku yang aku suka, namun aku tak mengingat judul buku tersebut. Kira-kiri begini bunyinya, "Jarak memang sekiranya diperlukan untuk mereka-mereka yang terlalu dekat. Agar setidaknya menjadi sekat, memberi jeda, untuk memahami arti masing-masing dari mereka yang hadir sebagai apa di hidup kita." Mungkin kata-kata tersebut pantas ditujukan untuk kita. Salahkah keputusanku ini?

Jika kamu membaca ini, tolong ingatkan aku dan bantu perbaiki semua ini. Kutahu, ini belum terlambat. Masih banyak skenario yang harus dihadapi, karena aku tak ingin ending-nya harus seperti ini.

P.s : tulisan yang ada di blog ini benar adanya, tidak sepenuhnya fiktif dan tidak sepenuhnya fakta. Hanya beberapa cerita dari diriku atau sekelilingku yang digabung menjadi satu. Karena aku pun harus menjaga privacy-ku, jadi tidak semua dituliskan secara terang-terangan. Hanya sebagai pengingat bagi diriku sendiri, dan sebagai pemacu mood menulisku. Bisa dibilang ini free writing.

Maaf, telah bergentayangan ~

Comments

Popular posts from this blog

Saras 008 Pembela Kebajikan

Kontes Blog #PESAWATKERTASTERAKHIR : Teruntuk Kita yang Pernah Sedekat Nadi Sebelum Sejauh Matahari

RUGRATS : a 90's Cartoon