Biru. Hari itu, 5 September 2010
Aku tak bisa berucap apa-apa. Begitu cepat perasaan itu mengalir, sampai membuatku gemetaran, berbagai macam emosi berkecamuk di hati. Aku pun tak mengerti harus bagaimana bersikap. Tadi pagi, sekitar jam 7 temanku, Nurul dan Kuntari, mengirim sebuah pesan singkat kepadaku (SMS). Aku yang sedang asyik menulis pun langsung membaca pesan itu. Awalnya aku tak mengerti apa maksud pesannya. Aku pun membalas, minta penjelasan lebih rinci ke Nurul. Namun Kuntari sudah lebih dulu menjelaskannya melalu pesan yang entah keberapa kalinya ia kirim kepadaku. Aku pun mengerti. Namun, mendadak tanganku gemetaran saat memahami kata per kata yang dituliskan oleh Kuntari. Hatiku pun bergejolak. Rasanya aku tak sanggup lagi berdiri, lututku lemas. Perlahan aku mulai merasakan panas di sekitar mataku. Aku berusaha menjaga agar butiran-butiran air itu tak jatuh. Tapi, usahaku gagal. Tangis itu tetap pecah. Aku tak paham mengapa aku harus menangis. Hal ini adalah bukan urusanku. Tapi,