Posts

Aku Harus Senang atau Sedih?

Mungkin jodoh atau bukan, tapi aku merasakan firasatnya. Kita memang tak memiliki ikatan, tapi mengapa kau selalu mengusik kala gulita. Bayangmu hadir dalam setiap mimpi di tidurku. Tak tahu kah kamu itu sungguh menyusahkanku? Kemarin malam tiba-tiba saja wajahmu hadir menjadi bunga tidurku. Entah kala itu seorang teman menegurku, ia berbicara sesuatu tentang kamu dan percintaanmu. dan hari ini, mimpiku itu pun menjadi nyata. Kau benar-benar menyatakan cintamu untuknya, kau pun telah terikat dengannya. Kini, apa aku harus senang...atau malah sedih? Aku bingung. Aku sudah berjanji untuk tidak mencarimu ataupun mengejarmu lagi. Namun, masih ada ruang kosong dalam hatiku yang menginginkanmu. Aku sudah rela melepasmu, jadi tak perlu lagi mendatangiku dalam pikiranku. Kita tak memiliki hubungan istimewa, pun kita tak dekat. Lagi pula tak ada kenangan manis yang mesti menguras tangis. Aku rela...tapi mungkin aku akan bertahan. Bertahan menyimpan rasa ini. Entah sampai kapan. Semoga kalian

Di Bawah Kolong Langit ...

Di bawah kolong langit kini aku berdiri. Mencoba tuk bertahan, menapaki siklus waktu yang terus bergerak tanpa henti. Sendiri aku berjalan tertatih, perlahan menyusuri jembatan-jembatan mimpi yang terbentang. Aku bertahan, mencoba melewatinya dan menembus batas. Mimpi. Sesuatu yang ingin kucapai. Sesuatu yang membuatku bertahan, agar bisa dimiliki. Mimpi itu menguatkanku. Di kala aku mulai menyerah, seakan ia berikan aku kekuatan. Meski mimpi itu setinggi langit, dan aku berada di bawahnya, ku percaya aku bisa menembusnya.

Sekolah Perfilman?

Disaat kelas 12 SMA ini saya sedang sibuk-sibuknya berselancar di internet, mengingat saya berencana melanjutkan studi jenjang perkuliahan selepas lulus nanti. Inginnya saya melanjutkan studi di program yang memang pashion atau kesukaan saya. Maka dari itu saya sibuk browsing di internet . Saya berminat di arsitektur atau yang menyangkut pertanian atau 3D animasi dan tentunya....perfilman. Dari 4 option, saya mengeliminasi 2 program memilih 2 program. Program yang saya pilih itu arsitektur dan yang menyangkut pertanian. Untuk 3D animasi yang juga masih berkaitan dengan perfilm saya eliminasi. Meskipun banyak teman saya yang mengetahui pashion saya ini mendukung saya untuk sekolah perfilman, tapi saya justru minta maaf ke mereka. Mengapa? Berhubung saya orangnya pemikir dan penimbang, jadi saya teliti di berbagai sisi. Alasan paling klise adalah karena orangtua. Jadi ceritanya, saya ingin berbakti pada orangtua. Hehe. Alasan selanjutnya, saya pikir menjadi seorang sineas, sinematografi,

Maluuuu...

Selamat pagi, Langit mendung dan menangis. Semilir angin berhembus sejuk. Sebenarnya masih ingin sembunyi dibalik selimut dan bermanja di atas tubuh super empuk. Tapi harus berangkat sekolah. Awkey, terpaksa aku harus melipat-lipat dirimu dan menyimpanmu, selimut. Dan kutepuk-tepuk kamu, kasur. Ah, andai saja sekolah boleh bawa kasur dan selimut. Jam 6 kurang 10 menit, gue harus berangkat ke sekolah. Pagi ya? Bagi gue itu siang. Tapi untung sekarang gue udah sampai di sekolah dengan selamat dan bisa duduk santai di kelas. Oh ya, gue mau ceritaaaaa. Tau gak? Tadi gue mengalami hal yang memalukan. Begini, di angkot gue tuh lagi main hp, pas udah selesai gue telengkupin tuh hp di tangan, layarnya menghadap ke tangan gue. Setelah itu gue meleng, tengok kanan-kiri, CEKLIKK! Weshh...hp gue bisa moto sendiri. Halah...semua nengok ke gue. Di kira gue lagi selfie di angkot kali. Lagian ni bunyi kamera kaga nyante. Akkhhh...gue malu > <. Udah gitu aja ceritanya. Maluuuu gueee! Dari situ

Penulis Karbitan Mencoba ODOP

Heyhoooo...hallo sobat blogger ^^ hehe. Pagi ini, gue iseng nge-blog saat KBM masih berlangsung. Entahlah, saat kelas 12 SMA seperti ini gue bisa-bisanya iseng ngebandel curi-curi waktu untuk nulis. Maklum, gue IPA karbitan. Dan gue pun penulis karbitan pecinta buku, hujan dan kopi yang sedang mencoba ODOP. Pas banget sekarang lagi hujan, tinggal ditambah mie dan kopi, inspirasi akan membeludak. Hehe, untung kelas gue punya kantin pribadi. Apa itu ODOP? Bagi sobat penulis ataupun yang suka ngeblog pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah tersebut. ODOP itu singkatan dari One Day One Post. Jadi, sistem ODOP ini mengharuskan kita memosting satu tulisan dalam sehari. Semacam vitamin untuk para penulis yang ingin produktif. Ngerti kan? Ya, sebagai penulis karbitan gue lagi mencoba produktif dengan cara ODOP ini. Karena selama ini gue jarang nulis selalu beralasan kaga ada inspirasi. Tapi, setelah gue bersemedi ternyata semua salah. Inspirasi itu bukan ditunggu, tapi harus dicari! Cate

Tak Seperti Semula

"Kenangan demi kenangan hanya akan jadi serpihan mozaik masa lalu" Langkah kaki ini berjalan terus tanpa henti. Menata kembali daur waktu yang belum terpijaki. Ingin berhenti tuk sekedar kembali melihat waktu yang pernah terlewati. Jejak-jejak kecil bersama kenangan sederhana begitu tersusun rapi. Tersimpan dalam lembaran-lembaran hati. Kenangan ialah sisa-sisa ingatan yang mengakar hingga dada. Kenangan ialah yang menyiksa aku; yang meminta aku untuk terus menengok pada waktu seperti semula. Dimana aku masih bisa merasakan kenangan yang tercipta dengan sederhana. Waktu seperti semula ; aku bisa tertawa dan menangis bersama orang yang kucinta. Kala itu, bahagia terlampir begitu sederhana dan sempurna. Namun, satu waktu mengakhiri semua. Kalau boleh aku mengatakan benci, waktu itu adalah perpisahan. Hingga kini sesal yang kurasa. Satu kata sebagai penguat keadaan tak pernah kuucapkan. Maaf. Satu kata ajaib yang mungkin saja bisa merubah keadaan. Aku ingin mengucap maaf,

Nafas Sugestional Hujan

Hujan adalah peneduh, momen paling nyaman yang alam berikan. Namun banyak jiwa-jiwa yang tak ingin tersentuh olehnya. Mungkin karena takut membuat tubuh kuyup dan menggigil. Pagi hari ini bubuk hujan terjun bebas dengan lembut. Membawa hawa sejuk yang tidak terlalu dingin, tapi cukup menggoda hasrat ingin tubuh dicumbu selimut. Suara ketukannya yang menyentuh atap dan kaca jendela membentuk melodi yang mampu membawa diri sampai ke gerbang khayal. Suara ketukan itu membuat perhatian seseorang teralihkan, lalu melamunkan daur waktu yang sudah terpijaki. Ruang-ruang puisi terbuka lebar, koridor-koridor prosa tampak lapang. Kehadirannya menggelitik jiwa sastra seseorang yang bahkan tak mahir berdiksi untuk menuliskan bait-bait dari kata yang membentuk kalimat tentang perasaannya. Atau membangkitkan jiwa untuk sekedar menikmatinya dengan ditemani secangkir kopi. Hujan mampu meresonansikan ingatan dan memberi keleluasaan bagi jiwa-jiwa yang tertatih di hantam rindu atau terbuang akibat mem