Posts

Terpaksa, biasa, BISA!!

Sepotong kenangan masa lalu bagaikan potongan-potongan mozaik dalam hidupku. Potongan kenangan itu adalah elemen mozaik dalam hidupku. Yang suatu saat nanti akan tersusun raipi membentuk "siapa diriku", "jati diriku", dan "bagaimana masa depanku". Hari ini, aku tidak ingin meninggalkan kamarku selama aku sedang tidak ada kegiatan. Ya, seperti saat ini. Aku lebih suka menjelajahi kamarku, berkutik dengan semua yang aku suka. Tadi, aku sedang membongkar berkas-berkas lama yang isinya piagam-piagam, kertas-kertas ulangan, album foto, pokoknya semua file yang menurutku berharga. Hasratku bergelora bersama kenangan-kenangan masa lalu, sebuah potret tentang keceriaan, kepolosan, tawa-tawa kecil, ke-sok tahuan...membuat aku ingin mengulangi kembali. Ku pegang semua berkas-berkasku satu per satu. Sebuah buku yang sudah usang menyolok mataku. Raport SD? Lalu, aku membuka buku usang itu yang telah lama mendekam di koper. Ugh..banyak debu. Aku membuka lembar

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1434 H

Puji-pujian menggema di seluruh pelosok dunia, menyenandungkan takbir kepada Sang Pencipta, Sang Pemilik jagad raya beserta insinya, Allah SWT. Semarak beberapa tradisi budaya turun-temurun menghiasi menyambut hari kemenangan ini. Tabuhan bedug, musik meriah dari grup marawis, remang-remang lampu obor, warna-warnu kembang api, pawai keliling kampung, dilakukan oleh masyarakat yang merayakan hari kemenangan dengan ceria. Setelah satu bulan berpuasa, kini saatnya kita mencapai kemenangan, kembali ke fitri. Malam ini aku berada di kampung halaman Papa yang berada di desa Kalapasan, kecamatan Cadasari, kabupaten Pandeglang, provinsi Banten dan tentunya di Indonesia. *lengkap banget yah? Udah kayak mau ngirim surat cinta. eh..oke, ini salah fokus. Kembali serius. Di lereng Gunung Karang ini aku dapat melihat lampu-lampu kota yang berada di kaki gunung dengan berhiasan semarak kembang api yang menjulang ke angkasa. Sungguh indah pemandangan ribuan cahaya ini. Angin gunung sehabis hujan

Raindrops

Langit cerah yang menyapaku sejak tadi pagi tiba-tiba murung. Awan hitam menutupi wajahnya. Gelap. Awan putih yang lembut bak salju perlahan mulai bergerak dikudeta oleh awan hitam. Suara gemuruh dan petir setia mengikuti kemana awan hitam itu bergerak.. Nampaknya siang ini akan turun hujan. Aku masih terpaku menatapi keindahan Selat Sunda dan bentuk-bentuk bangunan yang menjulang mencakar angkasa dari sini, rumah saudaraku yang berada di lereng gunung Karang, Pandeglang. Saat aku terkagum, aku selalu menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya perlahan seraya menuturkan kata-kata pujian. Begitu indahnya. Dunia ini terasa begitu hebat keindahannya sebab Dia Sang Khaliq yang menciptakan dengan seni yang begitu tinggi. Tak ada duanya. Yess..benar saja. Butir-butir air jatuh dari langit. Kumpulan tetesan air yang dibawa awan hitum membentuk hujan. Deras. Seperti biasa hujan memiliki kehebatan. Hujan mampu meresonasikan ingatan masa lalu. Hujan membawaku kepada memori lama. Aku semaki

Biarkan aku sendiri ...

Apa yang salah dengan semesta? Begitu banyak perubahan yang aku rasa. Akhir-akhir ini aku sering sekali merasa kesepian. Aku bingung, Mengapa aku lebih memilih menjauh dari keramaian? Aku jadi lebih pendiam. Tertutup. Aku rasa akhir-akhir ini aku jarang senyum bahkan tertawa. Mengapa? Begitu saja kok susah. Jarang bukan berarti tidak pernah. Aku hanya merasa senyum dan tawa yang dulu sering ku tebar, perlahan mulai menghilang. Berkurang. Ini bukan keinginanku. Sungguh. Keadaan yang membuatku harus seperti ini. Terkadang aku pun berpikir apa yang terjadi padaku? Sejak kejadian itu ... beberapa tahun silam. Ah. Mungkinkah aku frustasi? Stress? Merasa kehilangan? Biar waktu yang akan menjawabnya. Aku merasa kecewa dengan orang yang dulu aku anggap sebagai SAHABAT. Dulu aku percaya, ia akan selalu ada untukku. Sebab ia selalu menemani hariku, membuat tawa dan canda, kami pernah merasa bahagia dan sedih bersama. Tapi sesuatu yang membuat semua perasaan itu hilang. Jangan tanyakan aku menga

Jika Harus Ku Berbicara ... [?]

Berbeda dengan sebelumnya, kali ini aku menulis di blog dengan kepala berat dan perasaan absurd. Mungkin ini adalah pertama kalinya aku menulis seperti ini. Mellow? Not really. But, that's right. Aku merasa berbagai tekanan mengancamku dari sudut manapun. I feel like ... everything's going wrong. Wrong! Really really wrong! Mungkin ini akan jadi sesuatu yang baru dalam hidupku. Jangan merasa aneh, karena aku memang sudah aneh dari dulu dan tidak sedang bergurau. Jangan tertawa, aku tidak sedang menulis kisah humor. Dan jangan sinis, aku sedang merangkai kata-kata tentang perasaan absurd ini. Dunia ini memang tidak seperti negeri dongeng. This is the real life .. not fairy tale. Apalagi cinderella tale. Sama sekali bukan. Kadang kenyataan tidak seperti yang selalu diharapkan. Lagu "It Has to be You" dari Yesung mengiringiku. Namun entah mengapa lagu itu membawaku pada ingatan tentang kamu. Aku tidak mengerti arti dari lirik lagu itu memang. Tapi musiknya menghanyutkan

A Goose's Dream

Hello there! Ya..hari ini aku mau me-review lagu. Sebelumnya belum pernah me-review lagu. Tapi kali ini, lagi ngebet pingin banget. Aku ingin menulis review makna lagu yang aku rasa tepat sekali dengan keadaanku saat ini. Sesuai dengan judul pada postingan ini, "A Goose's Dream", itulah judul lagu yang akan aku review sesuai dengan pandanganku. A Goose's Dream adalah lagu milik Insooni yang pernah dicover oleh Suzy Miss A (Hye Mi) dan Eunjung T-ara (Baek Hee) dalam serial drama Korea Dream High saat mereka mengikuti audisi untuk masuk sekolah Kirin Art. Dari pertama dengar lagu ini dalam drama serial Korea Dream High aku langsung suka dan mengkhayati lagunya meski belum tahu artinya. Dan begitu translatte ke dalam bahasa Indonesia, waw..liriknya sangat dalam. Lagu ini menceritakan tentang sebuah impian. Mimpi. Impian yang oleh sebagian orang dianggap remeh, menyepelekan dan menjudge. Oke, langsung simak saja ... A Goose's Dream (Impian/mimpi Seekor Angsa) Kena

Masa Itu Pernah Ada ...

Semangkuk es krim masih berada di hadapanku. Masih beku, belum mencair. Keindahan warna-warni, yang kusebut es krim pelangi itu menggodaku untuk segera menyantapnya. Namun ... Suara renyah tawa anak kecil membuatku menahan sesendok es krim yang akan berlabuh di pintu mulutku. Ah .. Suara gemericik air hujan menggugahku untuk menikmati keindahan suaranya. Anak-anak kecil berlarian bermain dengan hujan. Kepala-kepala berwajah polos dan lugu menenggak ke atas seraya berteriak, "Hujan .. Ule ule hujan gede..". Anak-anak kecil dengan tingkahnya yang menggemaskan tertawa riang, berlari, bergerak bebas, seolah tanpa beban dan dunia ini hanya milik mereka. Seru! Ingin sekali ikut, namun aku enggan. Aku sudah beranjak remaja, tidak mungkin aku bertingkah seperti mereka. Aku menatap kembali semangkuk es krim pelangi di hadapanku. Ah! Ternyata hanya ilusi semata. Toh, saat ini sudah Maghrib dan watuknya berbuka puasa. Lagi pula tidak ada hujan di luar sana. Sesendok es krim pun sudah b